Sutejo
Ponorogo Pos
Steven Covey, pengarang buku Eight Habits, pernah mengatakan, orang harus punya sesuatu yang bisa diwariskan setelah mati selain nama. “Covey bilang apa sih yang ingin orang ucapkan tentang kamu di depan makam kamu. Cuma nama saja, atau kamu ingin diumpat sebagai penjahat, atau diingat karya-karyanya atau pemikirannya?” ungkap Rhenald. Terdorong hal itu, menulis buku adalah jawabannya. Bagi Rhenald Kasali, bisa menulis buku itu satu anugerah, suatu kebanggaan yang tidak terhingga lantaran penulisnya meninggalkan warisan pemikiran kepada orang lain.
Semua itu terwujud saat anaknya memperlihatkan kebanggaan ketika tahu di perpustakaan sekolah ada buku yang ditulis ayahnya. “Yang paling membahagiakan, saya kira ke¬banggaan anak-anak saya itu. Selain itu, sewaktu sekolah di Amerika, saya tak bisa menyembunyikan kebanggaan saya ketika secara iseng-iseng buka katalog di perpustakaan, ternyata keluar nama saya. Teman-teman yang ada di situ pada bingung semuanya. Saya juga enggak nyangka bahwa perpustakaan tempat saya mengambil gelar doktor itu ternyata mengoleksi buku saya,” papar Rhenald.
Sejak tahun 1994, ia sudah menulis 10 judul buku. Tema yang ditulis di bidang marketing dan manajemen sesuai dengan keahliannya. Buku-buku karangannya rata-rata masuk dalam buku-buku best seller, seperti Manajemen Periklanan, Manajemen Public Relation, dan Membidik Pasar Indonesia. Buku-buku tersebut terjual di atas 20.000 eksemplar. Kini buku yang dia tulis, jauh lebih banyak, dan rata-rata memiliki apresiasi yang positif di masyarakat.
Nah, sekarang –lagi-lagi— apa yang dapat diambil dari pengalaman menulis Rhenald Kasali? Wuih, kali ini pengalaman itu tampaknya lebih filosofis. Pertama, pentingnya meninggalkan nama setelah mati. Setiap orang pasti mati, karena itu, jika ingin dikenang menulis adalah jawabannya. Kata peribahasa, gajah mati tinggalkan gading manusia mati tinggalkan nama. Peribahasa ini menjadi luar biasa, manakala kita dapat menerjemahkannya dalam praksis hidup dengan gairah menulis dalam denyut nadi.
Kedua, menulis itu membanggakan. Awas, sesungguhnya menulis bukan untuk bangga-banggaan, tetapi siapa sih yang tidak bangga jika tulisan kita dibaca orang lain? Apalagi jika itu berbentuk buku yang abadi dalam sepanjang waktu? Anak cucu dapat menikmati nama ayah-atau ibunya yang diabadikan di perpustakaan.
Karena itu, barangkali, menulis buku karenanya, lebih berharga daripada harta benda yang kita wariskan kepada generasi nantinya. Sebab, dalam menulis ada ilmu yang kita wariskan. Jika agama mengatakan zakatnya ilmu dengan mengamalkanlah, maka dengan menuliskan pikiran dan ilmu pengetahuan berarti kita telah “terbebas” dari dosa, kikir terhadap ilmu yang telah kita terima.
Ketiga, menulis jadi jembatan beramal. Sebagaimana disinggung pada poin kedua, maka hakikat berbagi ilmu dengan sendirinya adalah beramal. Amal ilmu adalah dengan menularkannya. Untuk itu, secara filosofis, hal ketiga ini pentingnya kita agar tidak kikir dalam berilmu. Ilmu diamalkan akan bertambah!
Nah, tunggu apalagi? Mulai beramal dengan ilmu, marilah Anda sadari sedini hari. Bukankah umur tak kekal jika dibandingkan ilmu yang diamalkan? Untuk itu, marilah kita tuangkan ilmu yang kita miliki dengan menuliskannya sehingga pesan hadis yang mengatakan, “matinya ngalim adalah matinya alam semesta” dapat dihindarkan.
Bagaimana dengan Anda? Jangan beralasan tidak berilmu, dimensi ilmu dalam lembar hidup ini terentang dalam segenap gerak dan langkah hidup kita. Tunggu apa lagi? Berbagi ilmu adalah ibadah, kikir terhadap ilmu na’udubilah.
***
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2010/09/belajar-menulis-dari-rhenald-kasali/
Minggu, 14 Oktober 2012
Belajar Menulis dari Rhenald Kasali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Afifah W. Zhafira
Afifah Wahda Tyas Pramudita
Andry Deblenk
Anugerah Ronggowarsito
Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi)
Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati)
Berita
Budaya
Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar)
Catatan
Cerpen
Cover Buku
Djoko Saryono
Esai
Filsafat Ilmu
Gatra
Gerakan Literasi Nasional
Gufron Ali Ibrahim
Happy Susanto
Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis)
Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya)
Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria)
Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa)
Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya)
Karya Darma
Kasnadi
Kliping
Kompas
Literasi
Literasi Budaya
Majalah Dinamika PGRI
Makam Sunan Drajat
Masuki M. Astro
Memasak
Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa
Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen)
Merdeka
Mesin Ketik
Metafora Kemahiran Menulis
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Obrolan
Orasi Ilmiah
Ponorogo Pos
Prof Dr Soediro Satoto
Puisi
Radar Madiun
Resensi
S. Tedjo Kusumo
SMA 1 Badegan Ponorogo
STKIP PGRI Ponorogo
Sajak
Sapta Arif Nurwahyudin
Sekolah Literasi Gratis
Senarai Motivasi
Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna)
Seputar Ponorogo
Sidik Sunaryo
Soediro Satoto
Solopos
Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra)
Spectrum Center
Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya)
Suara Karya
Sugiyanto
Sujarwoko
Sumarlam
SuperCamp HMP 2017
Surabaya Post
Surya
Sutejo
Suwardi Endraswara
Swadesi
Teknik Kreativitas Pembelajaran
Tengsoe Tjahjono
Tri Andhi S
Wisata
Workshop Entrepreneurship
Workshop Essay Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar