Seputar Ponorogo
Ada seorang KS mengeluh kepada saya tentang kinerja anak
buahnya yang tidak kunjung membaik. Sehingga beberapa kali dia mengundang untuk
memotivasi para guru di sekolahnya. Salah satu resep yang saya berikan adalah
resep yang disebut dengan 7S.
Apa itu? Suka (cinta), semangat, sungguh-sungguh, serius,
sabar, syukur, dan senyum. Ketujuh step ini adalah kelindan langkah yang bisa
dibolak-balik. Senyum dulu, boleh. Tetapi sebaiknya, diawali dari suka, sebab
apa pun pekerjaan jika sudah suka, maka kerelaan untuk melakukannya nyaris
tidak ada masalah. Semangatnya pun akan muncul dengan sendiri. Tidak saja itu,
tetapi kesungguhan dan serius akan menjadi sayap bekerja mereka. Pintu
barangkali –apapun adalah cinta--, semangat, kesungguhan, dan serius; akan alir
dengan sendirinya.
Inilah yang kelima: Sabar. KS itu kelihatannya tidak sabar,
ingin mengubah kultur sekolah seperti membalik telapak tangan. Jika ini yang terjadi,
maka energi negatif yang alir. Karena itu, sabar adalah ladang yang harus terus
dihijaukan. Bukankah agama juga ajarkan sabar atas segala usaha adalah amal
yang mulia?
Apa pun hasilnya, maka syukur adalah alat sukses versi otak
kanan yang menarik untuk diterapkan setelah bersabar. Bukankah kata Tuhan,
syukur adalah kunci pelipatgandaan rahmat? Apalagi dalam proses penumbuhan
kerja meniti puncak sukses itu sangat hangat kala dihiasi dengan senyum.
Yakini bahwa senyum adalah energi untuk menyelesaikan segala
konflik dan masalah. Ia semacam pengait, perakit, dan pengungkit hubungan
kerja. Oke, selamat menerapkan 7S ini dalam instansi Anda. Jika ingin lebih
eksploratif pemahamannya, undang aja penulisnya. He he...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar