Sutejo
Hikmah silaturahmi dan nyekar ke Madiun kemarin adalah ulangan kata absurd tergurat di mana-mana, ke mana-mana. Mencengangkan. Ikuti kisah absurb berikut. Seorang janda bercerita tentang protolan anak SMP yang beruntung. Ajar sebut namanya begitu anak beda ayah dari seorang ibu. Merasa bukan anak buah pelirnya, si ayah tak mau menyekolahkan.
Tapi untung, masih cerita janda tadi. Tersebab si Ajar punya pacar, gadis SMK yang pintar tiap hari antar sesuatu yang hem baginya. Bahkan sering dibelikan baju, celana, dan srandal. Gadis itu baik sekali, katanya. Hehe. Ibu si gadis seorang TKW dengan ayah hanya di rumah. Aku masih susah mengonstruksi gadis SMK yang pintar dan baik.
Sementara, saya tahu keunikan ajar karena memanggil-manggil ponakan ipar saya yang usia SD kelas V. Padahal, baru saja mbakyu saya dari Pak De, mengeluh anak lanang yang nakal. Tiap pagi, siang, dan sore minta uang. Jika tidak, maka ia akan teriak-teriak dan histeris. Sementara ponakan saya itu adalah teman dekat lelaki protolan SMP yang sebentar lagi, katanya akan menikah.
Coba bayangkan absurditasnya, pembaca?
05.22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar