Sutejo
Ini semata, sebuah refleksi dari belajar pembaca.
Ceritakan kepadaku bagaimana gambaran jalan kebaikan itu? Tanyaku kepada guru spiritual. Maka berceritalah guru itu, begini.
Jalan kebaikan itu terjal, makadam, berduri, dan berjurang. Terjal karena itu penempuhnya tidak banyak, jarang, melelahkan, dan menggemaskan. Tugas hati adalah mengutas tali keyakinan dengan bisu. Diam.
Makadam, karena itu, tak bisa kita berlari keras, cepat, tapi pelan dan tak menyenangkan. Kiri kanannya adalah belantara. Sesekali, binatang buas melintas, siap menerkam.
Berduri terkerana banyak rintangan hati yang siap mencuri kesakitan tanpa diduga. Duri-duri pohon kebaikan itu akan menggoda dan menyiksa jika kita kehilangan ikhlas rasa.
Berjurang, inilah yang menggelincirkan banyak orang. Jurang pengiring jalan kebaikan adalah harapan lain, diluar tujuan terindahnya. Jalan kebaikan tak butuh pujian tak merasakan kesakitan. Wis ben, atas cerca dan makian. Biasa atas pujian.
"Aku hanya belajar untuk tidak terjatuh ke dalam jurang yang menganga di tepi jalan kebaikan," kata Sang Guru. Aku menunduk. Silaturahmi yang istimewa, karena guru tetap memandu menunjukkan apa, bagaimana, dan mengapa harus berada di jalan kebaikan.
Tulisan ini, hanya merefleksikan metafora bagaimana menempuh jalan kebaikan. Salam melek kahanan (literasi hidup).
19.49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar