Kamis, 30 Agustus 2018

Literasi Hidup

Sutejo

Kata Prof. Suwardi Endraswara, secara simpel literasi itu "melek". Ya, melek aksara, melek makna, melek budaya, melek solusi (sintesa). Generasi yang melek (literat) dengan demikian adalah mereka yg cerdas dalam hidup (dan kehidupan).

Masalah misalnya, seorang yang melek (hidup) akan memandangnya sebagai "cara Tuhan" mencerdaskan kita (meliterasikan) diri. Tak ada yg bisa hindar, karena itu, menikmati, menghayati, dan memaknainya adalah tugas literasi hidup yang indah. Masalah hanyalah cara Ilahi mengindahkan pengalaman diri.
Melek cinta misalnya dalam konteks kekinian jadi begitu penting. Delapan bulan terakhir, saya dihentakkan oleh realita remaja (pelajar dan mahasiswa) yg belasan kali pacaran berganti pasangan. Hati kecil saya bertanya, "Apa yang mereka bayangkan tentang cinta?"
Cinta remaja mutakhir, sungguh bisa menguras pikir, bagi mereka yg masih percaya tentang hukum perbuatan. Hukum "gema kehidupan", dimana kehidupan hanya akan memantulkan perbuatan dan kata yg kuta lakukan.
Merenungkan lterasi hidup dalam konteks modern wajib terdukung oleh kematangan literasi lainnya. Khususnya literasi media, digital, dan teknologi. Tersebab, ketiga literasi ini yg sering menjerumuskan remaja mutakhir. Kasus di Slahung (Ponorogo) dua hari lalu, gadis 14 tahun menjadi korban seksualitas remaja 20-an tahun adalah fakta gunung es akan rendahnya literasi hidup masyarakat.
Bukankah ini tugas bersama kita?
Kegagalan "Literasi hidup" seakan hanya dipenuhi masalah cinta, perkawinan, dan ekonomi material. Literasi (melek) kehidupan akhirnya, menjadi kunci segala sendi hidup. Perkawinan misalnya bagi yang melek hidup akan dipahami sebagai medan juang (jihad yang indah). Kemelekan pasangan hidup sungguh jadi tuntutan. Bukan sebaliknya.
Jija kita sepakat bahwa "tak ada jalan lurus", paling jalan yg lurus terbatas, maka keloknya jalan hanyalah keindahan sebuah perjalanan. Jalan cinta, misalnya, selalu ada dua: terlarang dan terpadang (terang). Di sinilah dibutuhan kearifan, kebijaksanaan, dan seperangkat mental spiritual yang kuat dan mengikat.
Kita bisa belajar kedamaian dari kucing yang sedang bahagia bersama keenam cemengnya. Foto ini adalah pesan literasi hidup dari sisi lain.
Salam literasi hidup,
Kuktumku malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo SMA 1 Badegan Ponorogo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) STKIP PGRI Ponorogo Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo