Sutejo
Salah satu hikmah silaturahmi, --dahulu di masa remaja saya-- adalah melimpahnya petuah. Pitutur. Ya, hampir setiap rumah, bertemu di warung, pasar, atau di manapun, mereka berwasiat kebaikan. Biasanya berkaitan dengan pergaulan remaja, sekolah, dan cita-cita. Oh ya, juga tentang bakti dan taat samaborang tua. Hem, itu dulu.
Kini, sangat jarang orang tua yang mau bertutur, berpetuah. Saya merindu. Sebagai warisan orang zaman dulu, khususnya didikan ala SPG, saya belajar melanggenggan tradisi pitutur itu. Tetapi, uniknya responnya beragam (1) ada yang senang dan merespon, (2) cuek dan acuh, dan (3) tak jarang menyangkal dengan guyonan.
Baru saja, saya mengalami pencuekan atas nama semangat bertutur, tetapi remaja zaman now, tampaknya tak membutuhkannya. Hidup adalah surface, tampilan, happy, glamour, dan kemudahan. Padahal, hidup sama sekali tak mudah jika salah arah. Salah jalan. Mereka seakan tak butuh petuah, tak suka pitutur. Mengapa terjadi?
Remaja model ini telah diasuh oleh gadset, hp, dengan seribu fasilitas media sosial. Khususnya, yang media visual. Youtube misalnya. Padahal, ia menyuguhkan jurang dalam jika salah selancar di samuderanya. Samudera petuah modern youtube penuh duri, jebakan, dan sensasi imaji seoalah-olah. Beda dengan samudera pitutur dan lautan petuah dari para sesepuh. Hem. Bagaimana pembaca?
12.38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar