Sutejo
Suaramu menjelma suluk yang ajarkan aku bagaimana eja derita jadi bahagia. Luka jadi makna. Suluk yang tumus dari sepasang bibirmu, berakar pada galur biru yang muncul tak setiap waktu.
Tak kumengerti. Kupahat hutan dan pantai dari sudut matamu, menerbitkan ukiran karang rasa. Sesabar ombak, meski begitu gemuruh di malam waktu, tapi sabar setianya telah menuliskan diksi keabadian di tubuhmu.
Jejak asing di tubuhmu telah jadi suluk lain, yang akan kutempel dengan rekam suara wali di kekulit arimu. Adalah nada waktu bersama debu, desir pantai, dan ringik hutan menjelma tasbih istighfar menggelegar. Menggelepar. Menjelma hujan membersihkan gurat jejak sendu.
03.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar