Judul Buku : Absolute Power (Kekuasaan Absolut)
Pengarang : David Baldacci
Penerjemah : Hidayat Saleh
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1997
Tebal : 715 halaman
Peresensi : Sutejo *
Kompas, 10 Sep 1997
MEMBACA Absolute Power di halaman awal, kita segera
tersentak oleh ungkapan Lord Acton yang dikutip David Baldacci,
‘’Kekuasaan absolut pasti disalahgunakan’’. Mudah diduga, ungkapan itu
kemudian menjadi jantung dan nadi novel.
Sebagai pengarang, David Baldacci demikian sadar akan tugas sastra
(karya fiksi) sebagai pembuka kemungkinan ungkapan yang disingkar oleh
birokrasi dan kekuasaan. Bahkan, dengan bahasanya sendirikan,
‘’memberitakan’’ sesuatu yang tak terberitakan oleh koran, majalah, dan
media yang lain.
Dengan begitu novel ini seakan menggugat bahasa resmi kekuasaan,
birokrat, dan politikus yang suka bergincu dengan slogan, janji, dan
mitos kerakyatan. Dan hal semacam inilah yang pernah dikemukakan macam
sastrawan Arpad Goncz (seorang sastrawan yang akhirnya menjadi presiden)
Tadeusz kantor di Polandia,Vaclav Havel di Cekoslowakia, dan Ismail
Kadare di Albania. Sebuah sinema sastra Samizdat, sastra bawah tanah.
Arpad Goncz, melalui kumpulan cerpennya, mengajari bagaimana seorang
sastrawan setelah menjadi presiden. Imajinasi yang demikian menggelitik
dalam perjumpaan dan kekuasaan adalah sebuah alegori terhadap
lingkungan yang totaliter. Karena itu, politik keselamatan (karenanya
harus berbohong) menjadi sesuatu yang sangat biasa. Kalau lazimnya
kekuasaan dan percaturan politiknya menggunakan kebohongan (kemudian
mengingkarkannya), maka sastra berbuat sebaliknya: menyadarkan manusia
akan akibat kebohongan yang bisa mengakibatkan kegilaan dan kekerdilan.
***
Novel Absolute Power ini dengan dingin juga mengajarkan
sebuah potret kebohongan di satu kutub melalui tokoh Alan J. Richmond
(sang presiden), dan penjahat yang arif dan rendah hati (Luther Whitney)
pada kutub yang lain.
Arogansi Alan J. Richmond, karenanya, adalah potret kekuatan absolut
(berlapis)? Bagaimana sesungguhnya ‘’jalan layang’’ yang
melingkar-lingkar pada elite kekuasaan tak lebih dari sebuah potret
kebobrokan moral: sinema selingkuh presiden dengan pasangannya,
kemesuman presiden dengan kepala staf Gloria Rossell, kelicikan agen Secret Service (Bill Burton) agen Collin (Tim Collin).
Klimaksnya adalah saat Christian Sulliven menjadi korban selingkuh
dan pembunuhan terakhir oleh ‘’pengawalnya’’. Di waktu yang sama di
tempat yang sama, seorang penjahat, Luther Whitney, menyaksikannya
dengan mata kepala sendiri.
Rekayasa dan alibi yang tersusun demikian rapi oleh ‘’trio penjaga keselamatan presiden’’ (agen Secret Service),
agen Collin, dan kepala Staf Gloria Rosella) harus teruji oleh
kecerdikan Luther Whitney dalam mengamankan bukti otentik sidik jari
presiden pada sebuah surat. Di sinilah persoalan ini mengebor,
melingkar-lingkar menjadi narasi yang menggit dan mendebarkan.
Sinema kekuasaan absolute lengkap dengan atribut kekuasaannya:
intrik politik tingkat tinggi, jaringan pembunuh bayaran, kolusi di
sebuah biro hukum. Semuanya mengabdi pada sebuah ‘’asas tunggal’’
mengamankan dan melindungi presiden, sebelum akhirnya terbongkar oleh
kecerdikan seorang detektif atas ide cemerlang ‘’konsultan hukum’’ Jack
Graham.
Dalam bahasa Hanry A. Murray, kebutuhan seksual presiden menjadi
muara ‘’kejahatan terselubung’’ telah menjadi kekuatan yang mengalahkan
kebutuhan untuk bekerja sama dan kebutuhan menghormati pihak lain.
Di sinilah ironisnya. Justru sosok penjahat Luther Whitney dalam
novel ini telah menjadi simbol ‘’kebenaran’’ yang tak bisa
ditawar-tawar: kejujuran, kearifan, dan keberanian yang cemerlang. Meski
jahat, Luther Whitney tidak pernah membunuh. Bahkan sepanjang kariernya
sebagai penjahat, dia baru melihat satu orang terbunuh: seorang
pseudofilia yang sudah tiga kali dipenjarakan (hlm. 62). Sementara,
lewat bola matanya sendiri, dia temukan kejahatan presiden terhadap
Christine Sulliven.
Karena itu, novel ini seakan mau berbicara: bagaimana seorang
presiden yang dikelilingi oleh orang-orang dengan kesetiaan mutlak dan
kemampuan yang luar biasa. Orang-orang yang tingkat keterampilannya
dalam kegiatan tersembunyi berada jauh di atas jurnalis-jurnalis
pesolek.
***
Embrio kekuatan novel ini terletak pada upaya penelanjangan atas
sindikasi di berbagai bidang dan akses birokrasi terhadap sebuah
makhluk: kejahatan dan keangkuan keuasaan. Ini dilakukan melalu tokoh
simpatik , Luther Whitney, yang harus mengorbankan nyawa. Di samping
itu, permainan bahasa dalam mendeskrepsikan setting demikian kuat, kental dan menyihir pembaca.
Karena itu, apa yang dilakukan Luther Whitney adalah sebuah
perjuangan dalam menegakkan cinta kasih atas sesama. Refleksi Sartre
dalam bahasa ‘’berada-untuk-orang lain’’ (l’etre-pour-autrui),
rasanya demikian tajam diemban David Baldacci dalam mengungkapkan
‘’cintanya’’ pada sesama dengan imajinasi yang sangat menyentuh. Suatu
proses kreatif yang mengagumkan!
Dengan demikian, novel ini pada hakikatnya adalah sebuah pengembaraan
imajinasi lebih jauh dari pesan Lord Acton —sebagaimana dikutip pada
awal novel— yang dengan tegas bilang: kekuasaan absolut pasti
disalahgunakan! Membaca Abosolute Power –meski tanpa final ending yang ‘’memuaskan’’—akan ‘mendewasakan ‘pembaca untuk tidak mempercayai kekuasaan.
*) Sutejo atau S.Tedjo Kusumo, Cerpenis Tinggal di Ponorogo, Jawa Timur.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/sinema-kekuasaan-absolut/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Afifah W. Zhafira
Afifah Wahda Tyas Pramudita
Andry Deblenk
Anugerah Ronggowarsito
Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi)
Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati)
Berita
Budaya
Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar)
Catatan
Cerpen
Cover Buku
Djoko Saryono
Esai
Filsafat Ilmu
Gatra
Gerakan Literasi Nasional
Gufron Ali Ibrahim
Happy Susanto
Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis)
Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya)
Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria)
Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa)
Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya)
Karya Darma
Kasnadi
Kliping
Kompas
Literasi
Literasi Budaya
Majalah Dinamika PGRI
Makam Sunan Drajat
Masuki M. Astro
Memasak
Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa
Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen)
Merdeka
Mesin Ketik
Metafora Kemahiran Menulis
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Obrolan
Orasi Ilmiah
Ponorogo Pos
Prof Dr Soediro Satoto
Puisi
Radar Madiun
Resensi
S. Tedjo Kusumo
SMA 1 Badegan Ponorogo
STKIP PGRI Ponorogo
Sajak
Sapta Arif Nurwahyudin
Sekolah Literasi Gratis
Senarai Motivasi
Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna)
Seputar Ponorogo
Sidik Sunaryo
Soediro Satoto
Solopos
Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra)
Spectrum Center
Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya)
Suara Karya
Sugiyanto
Sujarwoko
Sumarlam
SuperCamp HMP 2017
Surabaya Post
Surya
Sutejo
Suwardi Endraswara
Swadesi
Teknik Kreativitas Pembelajaran
Tengsoe Tjahjono
Tri Andhi S
Wisata
Workshop Entrepreneurship
Workshop Essay Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar