Minggu, 17 Februari 2013

Menguak Kecerdasan Spiritual Manusia

Judul buku: SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan holistic untuk Memaknai Kehidupan
Pengarang: Danar Zohar dan Ian Marshall
Penerjemah: Rahmani Astuti, Ahmad Najib Burhani, Ahmad Baiquni
Pengantar: Jalaludin Rahmat
Penerbit: Mizan, Maret 2001
Tebal: xxxv+293 halaman
Peresensi: Sutejo *
Surya, 29 Juli 2001

DALAM dekade mutakhir, muncul dua kajian menarik berkaitan dengan intelegensi (intelgence). Kalau sebelumnya, intelegensi (IQ) sering dijadikan ukuran kecerdasan dan keberhasilan seseorang, maka anggapan yang demikian dalam temuan-temuan penelitian psikologi mutakhir dianggap gagal. Jeane Seagel, PhD dalam bukunya Melejitkan Kepekaan Emosional, Cara-cara Praktis untuk Mendaya Gunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda (Kaifa, 2000) mengatakan, IQ hanyalah meramalkan prestasi kita di atas kertas (hal 30). Sebalinya, Daniel Goleman dalam bukunya Working with Emosional Intellegence, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi (Gramedia, 2000) mensinyalir bahwa faktor terpenting yang mengantarkan seseorang mencapai puncak prestasi adalah Emotional Intelegence (EQ). Bahkan ia menambahkan, kalau EQ merupakan kecakapan para bintang, sebuah muara yang mengantarkan para usahawan mencai sukses bisnis dan keriernya.

EQ, lanjut Goleman, kira-kira empat kali lebih penting daripada IQ dalam menentukan sukses dan prestasi professional-bahkan untuk kalangan ilmuwan (71). Untuk inilah, muncul buku yang berkaitan dengan upaya-upaya penanaman EQ. EQ bukanlah lawan IQ, baik secara konseptual maupun realita. IQ merujuk pada kemampuan kognitif murni, sedangkan EQ merujuk pada kecerdasan emosional yang mencakup empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri,  disukai, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.

Lain IQ dan EQ, lain pula apa yang ditemukan Danah Zohar dan Ian Marshall dengan Spiritual Intelgence (SQ). Katanya, SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dab EQ secara efektif (hal.4). Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi. Buku SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan menegaskan, bahwa pada prinsipnya manusia adalah makhluk spiritual. Karena itu, akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa saya dilahirkan?, Apakah makna hidup saya?, Apakah yang membuat semua itu bahagia?, dan seterusnya.
Secara umum buku ini terdiri dari lima bagian. Pertama, mengantarkan pembaca memahami apa SQ menggunakannya, menguji, dan meningkatkannya. Untuk menggambarkan hakikat SQ, pada bagian ini juga dikemukakan bagaimana krisis makna hidup yang menimpa seseorang. Bagaimana kemiskinan humanisme Barat terjadi dan bagaimana konsep seharusnya seorang pemimpin yang penuh pengabdian dikemukakan.

Yang paling mendasar pada bab pertama bagian pertama, dikemukakan bukti-bukti ilmiah yang berkaitan dengan Zohar ini. Ia menyebutkan ada empat penemuan penting: (1) riset yang dilakukan oleh neuropsikologis Michael Persinger (1997) disusul kemudian dengan VS Ramachandran dan timnya di dari University of California tentang God Spot; (2) riset yang dilakukan oleh neurologist dari Austria-Wolf Singer-tentang The Binding Problem; (3) riset Rodolfo Llinas (1990) tentang otak manusia; dan (4) riset yang dilakukan oleh neurology Harvard, Terrace Deacon, tentang bahasa manusia (hal 10-11).

Bukti ilmiah SQ ini secara eksploratif dan spesifik kemudian dieksposisikan dengan detail pada bagian kedua (hal 35-95). Salah satu yang mencanangkan adalah tersedianya jawaban atas pertanyaan mengapa kita punya ‘’titik Tuhan’’? Atas dasar survey kerpibadian yang dilakukan oleh Felix Post selama 150 tahun, di jurnal The British Journal of Psychiatry atas 291 pria terkemuka dunia- dengan beragam profesi dari negarawan, ilmuwan, seniman, penulis, pemusik- seperti Enstein, Faraday, Darwin, Lenin, Roosevelt, Hitler, Bem-Gurion, Woodrow, Wilson, Ravel, Dvorak, Gershwin, Wagner, Klee, Monet, Matise, Van Gogh, Freud, Jung, Emerson, Buber, Heidger, Chekhov, Dickens, Faulner, Dostoyevsky, Tolstoy, dsb; menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan kreatif dan ketidak stabilan mental. Fakta demikianlah, dalam kajian buku ini yang semakin menguatkan keberadaan pentingnya ‘’titik Tuhan’’ pada ‘’kepala kita’’.

Tak mengherankan jika kemudian, Jalaludin Rahmat berkaitan dengan ini –dalam memberikan pengantaranya- menggarisbawai akan pentingnya bagian ini. Ia kemudian menambahkan akan pentingnya logoterapi, yang memandang bahwa hakikat manusia itu adalah sebuah totalitas yang terdiri dari tiga dimensi: fisik, psikologis, dan spiritual (hal. xxiv).

Bagian ketiga menguraikan tentang tradisi-tradisi besar spiritualitas pada agama-agama yang memberikan sokongan terhadap wujud spiritual. Bagian ini mengilustrasikan bagaimana sinergi ilmu pengetahuan yang menggambarkan wujud dan intelegensi dalam ‘pencarian’ makna hidup.

Bagian keempat, memberikan penjelasan praktis tentang cara bagimana penggunaan SQ untuk membangkitkan potensi-potensi kemanusiaan. Sebuah potensi yang terpendam pada diri seseorang dengan pendalaman praktis bab ini diarahkan agar kita memiliki semacam upaya pemaksimalan dan pemberdayaan potensi yang terpendam, menjadikan diri kreatif dan –lebih dari itu- mampu mengatasi problem-problem kemudian dengan memanfaatkan kecerdasan spiritual ini. SQ is our compass ‘at the edge’, begitulah slogannya. Slogan ini memberikan pengertian bahwa SQ merupakan petunjuk ketika manusia berada di antara order dan chaos. Membimbing manusia untuk menemukan jalan melalui ‘intuisi’ cemerlang tentang sebuah makna dan nilai dalam kehidupan.

Sedangkan bagian terakhir, menawarkan terapi-terapi penting agar mampu menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan tingkat kecerdasan spiritualnya. Bahkan, tujuan idealnya sampai pada bagaimana kita mampu menjadi manusia yang memiliki spiritually intelligent meskipun tengah hidup dalam kehidupan yang spiritually dumb. Dalam memperjelas terapi-terapi spiritualitas kembali ke Jalaludin Rahmat menambahkan semacam teknik yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun kembali kehidupan yang porak-poranda. Teknik ini mencakup (1) makna kita temukan setelah kita menemukan diri sendiri (self-dicovery), (2) makna muncul ketika kita menentukan pilihan; (3) makna ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan oleh orang lain; (4) makna membersit dalam tanggung jawab, dan (5) makna mencuat dalam situasi transendensi, gaungan dari keeempat dan sebelumnya (hal xxiv-v).

Sebagai buku ‘gaya baru’ yang menyajikan temuan dana kajian baru terhadap keuatan manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup, sangatlah penting untuk dikaji lebih jauh.
***

*) Sutejo (mahasiswa pascasarjana UNS)
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/12/menguak-kecerdasan-spiritual-manusia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo