Judul buku: SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan holistic untuk Memaknai Kehidupan
Pengarang: Danar Zohar dan Ian Marshall
Penerjemah: Rahmani Astuti, Ahmad Najib Burhani, Ahmad Baiquni
Pengantar: Jalaludin Rahmat
Penerbit: Mizan, Maret 2001
Tebal: xxxv+293 halaman
Peresensi: Sutejo *
Surya, 29 Juli 2001
DALAM dekade mutakhir, muncul dua kajian menarik berkaitan dengan intelegensi (intelgence).
Kalau sebelumnya, intelegensi (IQ) sering dijadikan ukuran kecerdasan
dan keberhasilan seseorang, maka anggapan yang demikian dalam
temuan-temuan penelitian psikologi mutakhir dianggap gagal. Jeane
Seagel, PhD dalam bukunya Melejitkan Kepekaan Emosional, Cara-cara Praktis untuk Mendaya Gunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda (Kaifa, 2000) mengatakan, IQ hanyalah meramalkan prestasi kita di atas kertas (hal 30). Sebalinya, Daniel Goleman dalam bukunya Working with Emosional Intellegence, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi (Gramedia, 2000) mensinyalir bahwa faktor terpenting yang mengantarkan seseorang mencapai puncak prestasi adalah Emotional Intelegence
(EQ). Bahkan ia menambahkan, kalau EQ merupakan kecakapan para bintang,
sebuah muara yang mengantarkan para usahawan mencai sukses bisnis dan
keriernya.
EQ, lanjut Goleman, kira-kira empat kali lebih penting daripada IQ
dalam menentukan sukses dan prestasi professional-bahkan untuk kalangan
ilmuwan (71). Untuk inilah, muncul buku yang berkaitan dengan
upaya-upaya penanaman EQ. EQ bukanlah lawan IQ, baik secara konseptual
maupun realita. IQ merujuk pada kemampuan kognitif murni, sedangkan EQ
merujuk pada kecerdasan emosional yang mencakup empati, mengungkapkan
dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antarpribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Lain IQ dan EQ, lain pula apa yang ditemukan Danah Zohar dan Ian Marshall dengan Spiritual Intelgence
(SQ). Katanya, SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dab EQ secara efektif (hal.4). Bahkan, SQ merupakan kecerdasan
tertinggi. Buku SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan
menegaskan, bahwa pada prinsipnya manusia adalah makhluk spiritual.
Karena itu, akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa saya
dilahirkan?, Apakah makna hidup saya?, Apakah yang membuat semua itu
bahagia?, dan seterusnya.
Secara umum buku ini terdiri dari lima bagian. Pertama, mengantarkan
pembaca memahami apa SQ menggunakannya, menguji, dan meningkatkannya.
Untuk menggambarkan hakikat SQ, pada bagian ini juga dikemukakan
bagaimana krisis makna hidup yang menimpa seseorang. Bagaimana
kemiskinan humanisme Barat terjadi dan bagaimana konsep seharusnya
seorang pemimpin yang penuh pengabdian dikemukakan.
Yang paling mendasar pada bab pertama bagian pertama, dikemukakan
bukti-bukti ilmiah yang berkaitan dengan Zohar ini. Ia menyebutkan ada
empat penemuan penting: (1) riset yang dilakukan oleh neuropsikologis
Michael Persinger (1997) disusul kemudian dengan VS Ramachandran dan
timnya di dari University of California tentang God Spot; (2) riset yang dilakukan oleh neurologist dari Austria-Wolf Singer-tentang The Binding Problem;
(3) riset Rodolfo Llinas (1990) tentang otak manusia; dan (4) riset
yang dilakukan oleh neurology Harvard, Terrace Deacon, tentang bahasa
manusia (hal 10-11).
Bukti ilmiah SQ ini secara eksploratif dan spesifik kemudian
dieksposisikan dengan detail pada bagian kedua (hal 35-95). Salah satu
yang mencanangkan adalah tersedianya jawaban atas pertanyaan mengapa
kita punya ‘’titik Tuhan’’? Atas dasar survey kerpibadian yang dilakukan
oleh Felix Post selama 150 tahun, di jurnal The British Journal of Psychiatry
atas 291 pria terkemuka dunia- dengan beragam profesi dari negarawan,
ilmuwan, seniman, penulis, pemusik- seperti Enstein, Faraday, Darwin,
Lenin, Roosevelt, Hitler, Bem-Gurion, Woodrow, Wilson, Ravel, Dvorak,
Gershwin, Wagner, Klee, Monet, Matise, Van Gogh, Freud, Jung, Emerson,
Buber, Heidger, Chekhov, Dickens, Faulner, Dostoyevsky, Tolstoy, dsb;
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan kreatif dan
ketidak stabilan mental. Fakta demikianlah, dalam kajian buku ini yang
semakin menguatkan keberadaan pentingnya ‘’titik Tuhan’’ pada ‘’kepala
kita’’.
Tak mengherankan jika kemudian, Jalaludin Rahmat berkaitan dengan ini
–dalam memberikan pengantaranya- menggarisbawai akan pentingnya bagian
ini. Ia kemudian menambahkan akan pentingnya logoterapi, yang
memandang bahwa hakikat manusia itu adalah sebuah totalitas yang terdiri
dari tiga dimensi: fisik, psikologis, dan spiritual (hal. xxiv).
Bagian ketiga menguraikan tentang tradisi-tradisi besar spiritualitas
pada agama-agama yang memberikan sokongan terhadap wujud spiritual.
Bagian ini mengilustrasikan bagaimana sinergi ilmu pengetahuan yang
menggambarkan wujud dan intelegensi dalam ‘pencarian’ makna hidup.
Bagian keempat, memberikan penjelasan praktis tentang cara bagimana
penggunaan SQ untuk membangkitkan potensi-potensi kemanusiaan. Sebuah
potensi yang terpendam pada diri seseorang dengan pendalaman praktis bab
ini diarahkan agar kita memiliki semacam upaya pemaksimalan dan
pemberdayaan potensi yang terpendam, menjadikan diri kreatif dan –lebih
dari itu- mampu mengatasi problem-problem kemudian dengan memanfaatkan
kecerdasan spiritual ini. SQ is our compass ‘at the edge’, begitulah slogannya. Slogan ini memberikan pengertian bahwa SQ merupakan petunjuk ketika manusia berada di antara order dan chaos. Membimbing manusia untuk menemukan jalan melalui ‘intuisi’ cemerlang tentang sebuah makna dan nilai dalam kehidupan.
Sedangkan bagian terakhir, menawarkan terapi-terapi penting agar
mampu menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan tingkat kecerdasan
spiritualnya. Bahkan, tujuan idealnya sampai pada bagaimana kita mampu
menjadi manusia yang memiliki spiritually intelligent meskipun tengah hidup dalam kehidupan yang spiritually dumb.
Dalam memperjelas terapi-terapi spiritualitas kembali ke Jalaludin
Rahmat menambahkan semacam teknik yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun
kembali kehidupan yang porak-poranda. Teknik ini mencakup (1) makna
kita temukan setelah kita menemukan diri sendiri (self-dicovery),
(2) makna muncul ketika kita menentukan pilihan; (3) makna ditemukan
ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan oleh orang lain;
(4) makna membersit dalam tanggung jawab, dan (5) makna mencuat dalam
situasi transendensi, gaungan dari keeempat dan sebelumnya (hal xxiv-v).
Sebagai buku ‘gaya baru’ yang menyajikan temuan dana kajian baru
terhadap keuatan manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup, sangatlah
penting untuk dikaji lebih jauh.
***
*) Sutejo (mahasiswa pascasarjana UNS)
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/menguak-kecerdasan-spiritual-manusia/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Afifah W. Zhafira
Afifah Wahda Tyas Pramudita
Andry Deblenk
Anugerah Ronggowarsito
Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi)
Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati)
Berita
Budaya
Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar)
Catatan
Cerpen
Cover Buku
Djoko Saryono
Esai
Filsafat Ilmu
Gatra
Gerakan Literasi Nasional
Gufron Ali Ibrahim
Happy Susanto
Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis)
Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya)
Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria)
Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa)
Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya)
Karya Darma
Kasnadi
Kliping
Kompas
Literasi
Literasi Budaya
Majalah Dinamika PGRI
Makam Sunan Drajat
Masuki M. Astro
Memasak
Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa
Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen)
Merdeka
Mesin Ketik
Metafora Kemahiran Menulis
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Obrolan
Orasi Ilmiah
Ponorogo Pos
Prof Dr Soediro Satoto
Puisi
Radar Madiun
Resensi
S. Tedjo Kusumo
SMA 1 Badegan Ponorogo
STKIP PGRI Ponorogo
Sajak
Sapta Arif Nurwahyudin
Sekolah Literasi Gratis
Senarai Motivasi
Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna)
Seputar Ponorogo
Sidik Sunaryo
Soediro Satoto
Solopos
Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra)
Spectrum Center
Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya)
Suara Karya
Sugiyanto
Sujarwoko
Sumarlam
SuperCamp HMP 2017
Surabaya Post
Surya
Sutejo
Suwardi Endraswara
Swadesi
Teknik Kreativitas Pembelajaran
Tengsoe Tjahjono
Tri Andhi S
Wisata
Workshop Entrepreneurship
Workshop Essay Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar