Kamis, 28 Maret 2013

KAYA

Sutejo
Seputar Ponorogo

Dalam banyak kesempatan pelatihan yang saya bawakan, saya sering bertanya, “Nabi Muhammad itu kaya atau miskin?”. 90 persen mereka menjawab, “Miskin.” Padahal yang benar, miskin pada awalnya, kemudian nabi menjadi seorang panutan yang kaya raya.

Kita hanya mengenal nabi mulai berbisnis pada usia 12 tahun. 13 tahun kemudian ketika menikahi Khatijah, apa maskawinnya? 12 ons emas dan 20 unta. Luar biasa! Nabi adalah pengusaha sekaligus eksportir. Para sahabat dan kerabat nabi rata-rata pengusaha. Sampai-sampai nabi mengatakan, “Sembilan dari sepuluh jalan usaha adalah berbisnis.”

Makna apakah yang dapat diambil? Dengan kaya kita dapat menuntut ilmu, bersedekah, membantu orang lain, dan –yang pasti— daya tawar kita semakin tinggi. Bayangkan, andaikan umat Muslim semua kaya, paling tidak mayoritas kaya, maka daya tawarnya akan semakin tinggi. Tidak seperti pemeo begini, “Kalau ada orang minta sumbangan di jalan atau di atas bus dapat dipastikan mereka adalah muslim.”

Tak heran, kemudian nabi berpesan, “Bekerjalah untuk urusan duniamu seakan-akan hidup selamanya!” Dan, Tuhan, menginspirasikan dalam surat al-jum’ah, “Setelah melaksanakan sholat maka bertebaranlah di muka bumi untuk mencari rezeki Allah.”

Saya kemudian membayangkan, andaikata tidak ada pengusaha,  boleh jadi Islam tidak sampai di Indonesia. Korun, hanyalah salah satu contoh orang kaya yang tidak baik, maka Korun sebaiknya tidak sering kita ingat, sementara bagaimana Umar yang di jelang kematiannya meninggalkan 70.000 properti yang jika dikurskan dalam hitungan sekarang sekitar 12 trilyun.

Salam kaya! Dan, akan menjadi luar biasa setelah kaya, tetapi juga kaya hati dan kaya jiwa. Kaya cinta!
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo SMA 1 Badegan Ponorogo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) STKIP PGRI Ponorogo Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo