Kamis, 30 Agustus 2018

Cambuk Hinaan

Sutejo

Aku tak tahu, akan bagaimana aku jadinya. Jika aku salah merespon hinaan. Si "anak thuyul", si miskin, si tolol, si liar, si brandal, si tekek, si tempe, si dono, si bodoh, dan si dungu. Bahkan, guru SPG-ku dari keluarga ponpes sangat terkenal di kotaku, mencaciku "anake wong ngaret" dan "anake tukang becak". Jiwaku remuk redam. Kepalaku pecah. Masa kecil dan mudaku dihadapkan pada perkelaian dan dendam. Insyaallah, semua sudah berubah.

Fitnah bertubi-tubi, cacian tak henti. Dampaknya, luar biasa: tumbuh jadi remaja minder, pendendam, sentimentalis, liar, tapi tak percaya diri. Orang bilang, tak berbentuk. Sampai sekarang pun, tak jarang aku dikatain, tak berbentuk, tak beraturan. Haha. Sejatinya: 100 persen berbentuk, berpola. Bukankah tak beraturan hakikatnya sebuah bentuk?
Aku awalnya membenci mereka, termasuk tiga keluarga sumber fitnah keluargaku. Setelah kuliah, entah --tiba-tiba--aku jadi pemaaf. Tak tega terus bertengkar. Aku datangi kekuarga mereka satu-satu, yang telah membenci, memfitnah, dan mengucilkan keluargaku. Ya Allah, anehnya, usai itu tak lama: roda berputar 180 derajat. "Diangkat" dan "dijatuhkan". Cukup 2 tahun drama hinaan itu, perlahan sirna. Terlebih, saat aku dapat beasiswa di tengah kuliah.
Hinaan adalah cambuk. Fitnah adalah tanah subur. Ambil benih terindah, tanam dengan niat benar, sirami dengan air keikhlasan, dan pupuk dengan orea keyakinan: tumbuhlan pohon keindahan. Taman harapan terhampar luas, tinggal waktu yang menjadi hakimnya.
Jika kini, sisa-sisa "kekerasan" itu ada, maafkanlah semua sahabat, kolega, murid, mahasiswaku. Terlebih, anak-anakku, anak biologis dan kulturalku. Bukankah menghapus itu lebih susah dari menukiskannya? Bekas dan jejaknya. Dinding yang terpaku memang tak pernah membenci palu? Tersebab, palu dan paku ada yang menggerakkannya.
Hinaan itu cambuk biar kita berlari kencang. Menyingsingkan baju dan lengan, mengepalkan tangan, dan menggerakkan kaki seperti dikejar anjing atau sebaliknya. Cambuk itu hanya cara Tuhan mengubah kita. Percayalah, maafkanlah semuanya.
Bangsa yang maju masih percaya akan kekerasan, hukuman, dan "target paksa". Korea, Jepang, dan Cina sekadar contohnya. Etos mereka barangkali cermin besar. Ya, cermin.
00.19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo