Sutejo
Sejumlah mahasiswa yg silaturahmi ke rumah, saya tanya ingin kaya enggak? Spontan mereka menjawab, "Ya, to Pak."
Kaya itu perintah agama. Serius lho ini. Sungguh. Dengan kekayaan Islam dakwah lancar dalam sejarah. Sahabat rasul rata-rata kaya tetapi dermawan dan ilmuwan. Bayangkan jika Anda dikasih kekayaan tetapi tidak dermawan? Dikaruniai kekayaan tetapi tidak berilmu kaya?
Bacalah sirah Nabi dan para sahabat, berikut kekuarga Nabi Muhammad SAW. Jika jujur, pasti akan tercengang. Bagaimana dermawannya, amanahnya, dan tak salah guna. Kita akan jengah jika melihat fenomena Indonesia mutakhir.
Puisi kekayaan butuh hayatan, impresi, rasa, jiwa dan makna dalam pencarian, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Jika tidak, akan jadi puisi elegi yg menerikan. Menjadi bara.
Puisi kekayaan itu adalah pesan Langit, isyarat Nabi agar hidup berarti, berdaya tawar, dan berguna. Balutan spiritualitas dalam berharta menjadi sangat penting. Belajarlah pada Nabi, sayidah Siti Khatidjah, Salman Al Farizi, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan 100 inspiratif nabi lainnya. Mereka merelakan kekayaan di jalan Allah dengan cara yang indah.
Belajar puisi kekayaan kita akan bermimpi tentang apa, bagaimana, dan mengapa harus kaya. Satu diantaranya adalah filosofi Tangan Di Atas adalah lebih baik dari kebalikannya. Filosofi derma dan sedekah sebagai pintu barokah dan pelipat hukum bagaimana jalan menjadi kaya.
Hari ini, hampir semua remaja yg silaturahmi ingin kaya. Ingat jangan sekadar ingin, tetapi pikirkan juga "bagaimana cara mencapainya" dan "mengapa penting menjadi kaya". Orang Islam wajib kaya jika ingin berdaya, berdaya guna, dan punya daya perang dalamnkehidupan mutakhir. Itu adalah salah satu pintu. Pintu indah sebelumnya, adalah pintu Ilmu. Ingat bagaimana Nabi Sulaiman dengan kisah inspiratif ilmu dan kekayaannya?
11.08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar