Rabu, 03 Oktober 2018

Tali Setia itu di Mana?

Cerpen: S. Tedjo Kusumo

Perahu?
Adalah kisah guru dalam sebuah pelayaran panjang, tahun 1990-an. Sepasang guru yang berdinas nun jauh di ujung timur Indonesia, berniat pulang ke kota di mana dia dilahirkan. Cinta diukir di pulau rantau, dikhianati di pelayaran, dan di akhiri 15 tahun kemudian. Mengapa berakhir? Tali setia tetnyata begitu rapuh untuk dilekatkan. Ditawafkan.

Cinta selalu ditahbiskan dengan anak sebagai buktinya. Jika perempuan tak mampu mempersembahkan, selalu ia yang tersudutkan. Tak terkecuali Rani, perempuan sederhana yg berniat mengubah tabiat buruk suaminya. Di perantauan barangkali, semua bisa berubah. Tetapi apa lacur, tabiat adalah jiwa seseorang sehingga mungkin, apalah artinya kesetiaan jika hanya dikata.
Setia butuh perhatian. Setia itu kerelaan dan kepedulian. Setia itu setangkup pengorbanaan. Setia itu setanah pembuktian benih kepada waktu untuk menjadi tunas kemidian berpohon. Setia bukan kata. Setia bukan janji. Tetapi --sekali lagi setia adalah hati.
Hati punya mata, jika kau bertanya "Apakah pacarmu atau pasanganmu setia ketika diuji jarak, ketika diuji tempat dan waktu?" Itulah, hal tersulit untuk dibuktikan, diujikan, dan diceritakan. Menjadi setia adalah cita setiap orang, tetapi bersetia belum tentu laku setiap orang. Entah sadar atau tidak, langsung atau tidak. Setia adalah hukum mati cinta. Dan, aku baru sadar, ternyata tak ada satu pun orang yang mampu setia kepada pasangannya. Aku menangis dan menunjuk kepada langit untuk membuktikan jika ada orang menyangkal. Hem. Itu kukatakan kepada Rani ketika dia mengadukan perceraiannya kepadaku, 15 tahun yang lalu.
Cinta di atas perahu. Metafora kesetiaan adalah gelombang yang tak pernah mengutuk angin. Rani sangat percaya itu, tetapi tidak pada Kamajiwa. Lelaki pujaan Rani memang petualang, petarung, dan penakluk cinta. Rani adalah korban perempuan yang sempat membencinya. "Jangan pernah membenci jika tak ingin jatuh pada pelukan orang yang kau benci!" Begitulah pesan Rani sambil bercucuran air mata. Aku menghapus air mata dengan kata-kata di pipi Rani. Rani menggerakkan jemari lentiknya. Aku menarik nafas.
Dia tak tega, jika para gadis jatuh bangun mempertahankan kehormatan hanya karena benci yang salah kelola. Jika memang benci, jangan beri ruang pada petualang untuk melakukan aktingnya. Pesannya. Tutup pintu, tutup harap, tutup jiwa, dan tutup mimpi mereka dengan cinta emas yang perlu disembunyikan berlapis. Menyerahkan diri pada pacar misalnya, atas nama cinta, adalah kebodohan purba seorang wanita.
Rani menyesal jadi wanita. Ia bermimpi jadi laki-laki terbaik. Ia akan menerima pasangan tanpa mahar anak sekalipun. Tetapi Rani terlanjur jadi perempuan, seorang isteri yang divonis mandul oleh suaminya. Juga dokter. Dia tak diberi kesempatan membuktikan kata Tuhan, bukan kata dokter. Peluang 10 persen di mata dokter dan medis memang sulit, tapi apa mustahilnya bagi Tuhan? Palu perceraian telah dipukulkan di kepala Rani. Menyakitkan!
Rani trauma laki-laki. Bangsat, pekik jiwanya.
***
bersambung
16.58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo SMA 1 Badegan Ponorogo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) STKIP PGRI Ponorogo Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo