S. Tedjo Kusumo
Tantri adalah guru dengan kemampuan lumayan. Dekat dengan anak-anak, tidak saja akademik tetapi semua persoalan hidup yang dialami murid-muridnya. Tantri memang genit, tegas, berani, dan agak erotis kadang dalam bicara. Itu, sebenarnya karena naluri keterbukaannya. Bukan yang lain. Di situlah kadang ia harus menerima suara miner. Terlebih, ia sesekali memijati dosennya, yang sekarang menjadi temannya.
Tantri sejak mahasiswa bernasib tak beruntung, hidup menderita, mandiri bersama Pak De yang ajarkan nafas juang, romantika, derita, dan --entah apalagi. Yang jelas ia pekerja keras, disiplin, cerdas, administratif, dan berani ambil risiko apapun --selama berkeyakinan benar. Tantri adalah murid favorit Narto, dosen yang sering dinilai gila, gendeng, dan entah apalagi. Narto tak peduli. Dia hanya punya semangat langit, rasa bumi, dan aura warna alam yang menjadi laku hidupnya. Narto lebih gila lagi, dia berani membelah gunung masalah --yang sebelumnya ada. Akut di dalam segala sendi dan sisi.
Hanya karena tampilan, Narto jadi gunjingan. Entah itu kawan, apalagi yang merasa menjadi lawan. Narto tak pernah mikir lawsn dalam hidup, baginya itu tak ada. Sumpah laku hidupnya adalah berbuat dan berbagi. Hanya satu dua orang yang tahu, termasuk kebiadaan uniknya. Ke makam, rumah tua, masjid tua, dan begitu taat dia pada guru spiritual yang mengajarkan hakikat dan makrifat hidup. Narto sering mengadu le langit, memanah hutan, dan menyumpah bumi. Baginya, ketiganya adalah hukum jiwa. Sementara, samudera, oase, mata air, telaga, dan hujan adalah nafas yang menyatukannya.
Tantri mengerti betul pada dosen Narto. Baginya, ia adalah guru hidup --yang tak jarang-- apa yang dikata terjadi. Terlebih, saat teraniaya dia adalah debu yang menampar mata, angin yang menyusup ke segala ruang. Tantri sudah lebih dari 15 tahun mengenalnya. Jika kini ada orang berpikir negatif tentangnya, dia hanya tersenyum. Sesekali dia hanya bercerita pada Hani, juga Lindri, atau Dandi. Jika itu yang terjadi maka yang ada hanya tawa, canda, dan geli jiwa. Narto memang punya selusin langkah permainan catur yang mengatur hidupnya dengan mata jiwa. Gila kadang, waras sesekali, dan gelisah setiap kali. Narto menabung air dalam berlapis bumi.
***
***
bersambung
17.37
17.37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar