Judul buku: Soeharto, Menjaring Matahari: Tariku-ulur Reformasi Ekonomi Orde Baru Pasca 1980
Pengarang: Zaim Saidi
Penerbit: Penerbit Mizan, Juli 1998
Tebal: 240 halaman
Peresensi: Sutejo
Kompas, 25 Okt 1998
REZIM Orde Baru, kata Richard Robinson, adalah sebuah rezim unik,
yang tak pas dimasukkan dalam ketegori rezim politik/Negara tertentu
sebagaimana lazim dipakai dalam khasanah ilmu politik (hlm. 52).
Generalisasi ini muncul barangkali karena ‘’unik’’-nya iklim dan sistem Ode Baru. Republik tapi bersifat keratonis, kata Emha Ainun Nadjib. Negera demokrasi, tapi ‘’seolah-olah’’, kata Romo Mangun (Forum, edisi khusus Agustus 1997: 18).
Membaca kritis buku ini, sampailah pada karakteristik Orde Baru yang
rentan, karena tersusun oleh komponen sistem yang korporatis (negara),
dirigistik, patrimonialistik, dan ‘’kakaenistik’’.
Kalau korporatisme dalam mediasi Philipp C. Schmitter adalah sebuah
sistem perwakilan kepentingan di mana satuan-satuan konstituennya
diorganisir ke dalam kategori-kategori yang terbatas dan bersifat
tunggal, wajib, tersusun dalam hirarki yang tidak saling bersaing dan
dibedakan secara fungsional, yang diakui dan diberi izin oleh negara,
dan diberi hak monopoli untuk mewakili kepentingan dalam kategori
masing-masing yang merupakan imbalan atas kepatuhan pada pengendalian
tertentu dalam pemilihan pemimpin mereka, dan dalam artikulasi tuntutan
dan dukungan mereka (hlm. 53); maka ciri korporatis ini, tentu, pada
kasus Indonesia (Orde Baru) terpotret jelas dalam pewadahan tunggal
macam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (SPSI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan seterusnya.
Karena itu, korporatisme dalam konteks Orde Baru -kata Mochtar Mas’ud
dan Richard Robinson- adalah semacam upaya negara untuk membentuk alat
pengendali dan pendisiplinan sosial daripada menciptakan sistem dan
mekanisme kerja perwakilan kepentingan secara independen.
Ciri pertama inilah yang kemudian melahirkan ciri kedua: dirigisme.
Sebuah kecenderungan negara untuk melakukan intervensi pada pengelolaan
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan maupun ekonomi (hlm. 54).
Ciri kental Orde Baru yang lain adalah apa yang disebut dengan peran
kelompok (politik?) sebagai ‘’urutan kedua’’ (istilah Zaim Saidi) atau
dalam bahasa William Liddle sebagai ‘’partisipasi antisipatif’’ dengan
Soeharto berada di puncaknya (hlm. 56).
Sistem politik dengan ‘’piramida berujung lancip’’ inilah yang sebenarnya yang pernah dikhawatirkan Adam Schwartz lewat A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s
(1994), karena Orde Baru -yang tak mempunyai kepatutan berpolitik-
ternyata mengebiri hak sosial rakyat dan individu dalam berdemokrasi.
Problem terbesar kini, bagaimana mengubah image koporatisme,
dirigisme, dan patrimonalisme itu yang telah berurat-berakar di tengah
tumbangnya ‘’Sang Manusia Super’’. Satu ‘’PR’’ raksasa bagi pemerintah
transisi (Habibie), atau pemerintahan baru nantinya, adalah menyadari
pentingnya perencanaan arif di tengah tangis perih masyarakat Indonesia.
Mengapa kita terkesan sulit lepas dari krisis? Barangkali jawabannya
adalah karena keroposnya fundamental ekonomi yang korporatistik,
dirigistik, dan patrimonialistik. Di samping itu juga karena ada
kelompok ‘’kakaenistik’’, yang memiliki senjata mematikan bagi
multikebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang tak henti memburu proteksi
untuk kepentingan sendiri (hlm. 62).
Faktor paling belakang inilah yang kabarnya paling banyak
berkepentingan dnegan utang luar negeri, dan karenanya menjadi bahan
peledak reformasi yang menumbangkan rezim yang sudah terbangun selama 32
tahun. Apa boleh buat. Keberhasilan ekonomi dengan pertumbuhan tinggi
-istilah Mardani (Suara-suara Perih Masyarakat Indonesia,
Mizan, 1998: 205) yang mengutamakan usaha dengan skala besar— justru
mengundang badai ekonomi yang menerpa rumah-rumah rakyat (!).
***
Secara komprehensif, buku Soeharto Menjaring Matahari ini memang sangat menarik. Sebuah buku yang membedah karakteristik rezim Orde Baru, berbagai policy-nya
ketika menghadapi krisis era 80-an, paket-paket reformasi yang berjalan
sukses di tengah resesi global, dan bagimana manajemen Soeharto dalam
mengakomodasikan ‘’politik’’ kepentingan antara kaum
‘’teknokrat-Amerikanis’’, ‘’nasionalis-proteksionis-merkantilistik’’,
dan kaum ‘’politisi imperium Soeharto’’ yang berorientasi pada
pelanggengan bisnis buat pendukung-pendukung Orde Baru.
Namun, seperti sebuah permainan yang antiklimaks, komponen policy
yang telah terajut berkelindan untuk menyongsong perdagangan global,
ternyata pada sebuah titik mewariskan ‘’satu pintu’’ rawan yang bernama
‘’limbah kakaenisme’’ . Karena itu meminjam simbolisasi penyanyi liris
(Ebiet G Ade), ibarat menjaring matahari. Panas setahun terhapus oleh hujan sehari, kata peribahasa. Segala upaya reformasi ketika itu, sekali lagi, menjadi perbuatan yang sia-sia (hlm. 171).
Lewat investigasi yang dalam –baik teoritis maupun analisis
praktis-buku ini melontarkan meditasi berpikir yang tegas. Utamanya
soal Habibie sebagai kader ‘’nasionalis-proteksionis-merkantilistik’’
Soeharto, yang perlu menelurkan ‘’kiat baru’’ dalam menghadapi akumulasi
krisis dengan melepaskan kelemahan-kelemahan seperti manajemen KKN dan
‘’pembudidayaan korupsi’’ melalui keran-keran pejabat.
Siapa pun kita -dengan hati jernih- perlu membaca buku ini.
*) Sutejo atau S.Tedjo Kusumo, dosen Kopertis VII Surabaya, tinggal di Ponorogo.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/memahami-krisis-dengan-kritis/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Afifah W. Zhafira
Afifah Wahda Tyas Pramudita
Andry Deblenk
Anugerah Ronggowarsito
Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi)
Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati)
Berita
Budaya
Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar)
Catatan
Cerpen
Cover Buku
Djoko Saryono
Esai
Filsafat Ilmu
Gatra
Gerakan Literasi Nasional
Gufron Ali Ibrahim
Happy Susanto
Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis)
Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya)
Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria)
Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa)
Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya)
Karya Darma
Kasnadi
Kliping
Kompas
Literasi
Literasi Budaya
Majalah Dinamika PGRI
Makam Sunan Drajat
Masuki M. Astro
Memasak
Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa
Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen)
Merdeka
Mesin Ketik
Metafora Kemahiran Menulis
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Obrolan
Orasi Ilmiah
Ponorogo Pos
Prof Dr Soediro Satoto
Puisi
Radar Madiun
Resensi
S. Tedjo Kusumo
SMA 1 Badegan Ponorogo
STKIP PGRI Ponorogo
Sajak
Sapta Arif Nurwahyudin
Sekolah Literasi Gratis
Senarai Motivasi
Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna)
Seputar Ponorogo
Sidik Sunaryo
Soediro Satoto
Solopos
Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra)
Spectrum Center
Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya)
Suara Karya
Sugiyanto
Sujarwoko
Sumarlam
SuperCamp HMP 2017
Surabaya Post
Surya
Sutejo
Suwardi Endraswara
Swadesi
Teknik Kreativitas Pembelajaran
Tengsoe Tjahjono
Tri Andhi S
Wisata
Workshop Entrepreneurship
Workshop Essay Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar