Minggu, 17 Februari 2013

Menimbang Media Sebagai Narkotika

Judul:Ectasy Gaya Hidup Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia
Editor: Ida Subandy Ibrahim
Penerbit: Mizan, 1997
Tebal: 394 halaman
Peresensi: Sutejo
Surabaya Post, 23 Nov 1997

BUKU ini mengungkapkan semacam ‘’ideologi baru’’: kelas selebritis dalam bahasa Darmanto Jatman adalah simbol masa mutakhir yang disebutnya dengan the Era of Imagology -citra, menjadi lebih penting dari realitas empiriknya- (hlm. 126). Simpul pengusaha sukses karenanya, ditayangkan dengan mobil BMW, yach, heli atau bahkan jet pribadi. Kalau haus ‘’nyocor’’Coca-cola, jika lapar mojok ke Mc Donald’s! Oleh media, dia didudukkan serba ‘’wah’’: semacam elite without power, karena tentu rich and famous!

Kelompok nina bobok adalah kelompok yang membahasakan aura sensasi pada betis Ken Dedes -istilah Jawa Atmaja-. Sebuah potret masyarakat komoditas yang dibelenggu oleh tayangan erotis, pantulan sensasi film yang erotis (hlm. 156-163). Sinema film karenanya, tak pernah mengajak jidat berkernyit, mata memancing; tetapi menggiring penonton ‘’mabuk’’, ter-ectasy! Tak ada yang menuturkan postpower syndrome macam yang dialami mantan perwira tinggi bernama Franke Slade (Al Pacino) dalam Scent or Woman. Mengapa? Karena bisa, dianggap kurang etis dan ‘’melawan’’ wacana (discourse) kemapanan. Inilah barangkali yang menimbulkan sinema film kita akreatif, tapi kompromistif dan erotik.

Sedangkan kelompok ketiga, adalah masyarakat komoditas yang memalingkan pandangannya pada industri hiburan, film, sinetron, teledrama, iklan, atau show, yang lain. Tak heran, masyarakat tipe demikian, begitu menikmati budaya pop macam film Hollywood, Mandarin, India, Hongkong, telenovela Amerika Latin, atau sinetron dalam negeri sendiri yang dalam bahasa Rano Karno menjajakan mimpi. Istilah Idy Subandy Ibrahim -sang editor- menjual mimpi; -yang dewasa ini– telah menjadi sebuah proyek raksasa. Sebuah megaproyek bernama televisi yang menghasilkan makna-makna  yang berasal dari kebudayaan daur ulang (recycling). Memoles dunia permukaan imanen, mencipta consumer schzoprenik, dan mementaskan parodi dalam satu permainan rumit estetika realitas semu, yang menjerat dan memperdaya masyarakat. Bukan dengan membatasi informasi tapi menjejali dengan sebanyak mungkin informasi, tanpa rasa belas kasih-gitu bahasa Yasraf A. Pilang.

Formulasi pemikiran melalui titik nadir berbeda dari para penyumbang tulisan buku ini, mampu memotret ectasy gaya hidup dari kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indonesia. Ectasy dalam buku ini, bukanlah sesuatu yang harfiah dan leksikal! Tapi sebuah simbolisasi dari perilaku hidup yang ‘’menenggelamkan’’, memperdayakan! Suatu qiyas dari ectasy yang dalam behavioral sciences, banyak dikenal sebagai zat psikoaktif (psychoactive substance) yang mampu berpengaruh nyata terhadap psikis, pkiran, perilaku, dan kehendak manusianya. Yang pada ujungnya -, terjangkitlah semacam ketergantungan.

Kalau dalam referensi behavioral sciences, penyebab penyalahgunaanya bisa bersifat internal dan eksternal, maka ectasy gaya hidup ini, dari sisi internal , bisa berupa gangguan jiwa dan perasaan tidak sejahtera (dysphoric feeling) dari masyarakat komoditas itu sendiri.

Sedang dari sisi eksternal bisa berupa: kurangnya alternatif peran, terpenetrasi oleh ‘’budaya tontonan’’, terhegemoni oleh media, dan adanya ketidakstabilan sosial masyakarat komoditas. Akumulasi era informasi dan hiburan karenanya yang dipadu dengan ideologi bisnis-ekonomi, telah menjadikan masyarakat komoditas sebagai objek eksploitasi yang empuk.

Sebagai buku yang mengkritisi fenomena mutakhir -melalui amatan dan analisis- maka menjadi penting membimbing pembaca untuk tidak menjadi ‘’epigon’’ budaya pop yang mistis dan semu! Untuk tidak menjadikan sebagai masyarakat Pronocitro yang tersihir masyuk pada rokok klobot kuluman Roro Mendut. Sebab dalam bunga rampai ini, masih banyak ditemukan mutiara hikmah dari tambang pemikiran nama macam Kuntowijoyo, Bre Redana, Cilifford Geerts, Onghokam, dan 17 penulis lainnya. Buku ini akan memberikan cakrawala baru yang prismatisional.

*) Sutejo atau S.Tedjo Kusumo, peresensi  tingggal di Ponorogo.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/12/menimbang-media-sebagai-narkotika/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo