Seputar Ponorogo
Radar potensi. Saya dapat judul ini ketika kedinginan di
sebuah hotel di Sarangan, beberapa waktu lalu. Sederhana sebabnya, pukul 23.00,
anak-anak MAN 2 Ponorogo, begitu tersugestinya menuliskan nama ibu dan ayah
lengkap. Kemudian menuliskan kesaksian diri di depannya, janji diri, dan doa
diri; untuk menorehkan langkah juara!
Aroma matanya yang merah. Ketulusan isak yang alir dari
lubang hidupnya. Geliat rileks yang dalam. Menghunjam. Dari sudut ruang
kudengar, “Maafkan ayah, maafkan ibu.” Sangat dalam. Seperti telaga yang
bening. Aku seperti duduk di sebongkah batu, di tepinya.
Cakra jiwaku terbuka, kemudian kepolosan remaja dengan pintu
dan jendela hati yang terbuka. Angin kesadaran mengalir. “Ketahuilah anakku,”
bisik jiwaku. “Sukses bertumpu pada kesadaran itu. Kemudian kesadaranmu akan
jadi pengungkit yang melipatgandakan kekuatanmu. Raih, dan tekan kuat-kuat
sehingga radar jiwamu mampu menangkap pesan prestasi. Kau spesial, kau
pemenang, dan kau adalah juara!”
Pembaca, radar jiwa adalah radar potensi. Karena itulah yang
melahirkan keberanian dan kewaspadaan. Ia sebentuk samurai. Acungkan ia untuk
menjadi senjata hidup yang membuat diri kita, tangan kita, dan tubuh kita kuat
dan perkasa melakukannya! Selamat, salam hening.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar