Sutejo
Majalah Dinamika PGRI
Orang sering salah dalam memahami hipnosis. Hipnosis sering dipahami
berkaitan dengan magis dan hal-hal yang negatif lainnya. Padahal
hipnosis sesungguhnya mencacu pada proses penurunan kondisi kesadaran
seseorang. Begitulah ungkap ahli hipnoparenting, Ariesandi Setyono dalam
bukunya Hipnoparenting (Gramedia, 2006:25). Kondisi
demikian paling tidak dalam sehari kita mengalami dua kali, di jelang
tidur dan waktu akan bangun tidur. Di sinilah, merupakan kondisi penting
yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran (pendidikan).
Di samping itu, kemudian kita kenal ”kondisi terhipnosis” yang
merupakan kondisi antara mata terbuka dan tidur nyenyak. Hipnosis,
dengan demikian, merupakan kondisi alamiah yang dialami setiap manusia.
Sedangkan, hipnotis akan menyaran pada orang yang melakukan hipnosis.
Hal ini, paling tidak menyaran pula seperti vokal yang menyarankan
pemvokalnya sebagai vokalis.
Jika kita mampu memanfaatkan kondisi terhipnosis dalam pendidikan,
maka sesungguhnya kita akan melakukan pendidikan yang secara akuisisi
terjadi secara alami, secara tidak sadar masuk ke wilayah ambang sadar
peserda didik. Menyadari demikian alamiahnya sifat dan kodrat hipnosis
manusia, maka ketika MOS di SMA Immersion, hal ini dicoba untuk dikemas untuk mengenalkan dan mengakuisisi pembelajaran yang menghati.
Adapun pembelajaran rohani dan kesuksesan ini, diawali dengan
pelatihan meditasi (relaksasi) kepada para siswa. Hasilnya, luar biasa.
Dapat dimanfaatkan untuk memetakan kondisi (kodrat) suci hati siswa,
yang ternyata ”masih murni”. Seorang teman hipnotis, Drs. Sugiyanto,
yang sudah lama menekuni bidang ini (meski alami) berkomentar,
”Murid-murid Anda luar biasa, masih suci.” katanya. Hal itu, terbukti
lima menit relaksasi berjalan, ruang berubah jeritan, sesalan, dan rasa
bersalah. Setelah itu, dibangkitkan motivasi diri untuk berubah,
melepaskan rasa bersalah, kemudian memantikkan semangat untuk berubah.
Di sinilah, maka seorang hipnotis dituntut arif memasukkan motivasi dan
potensi sukses ke dalam ambang sadar mereka.
Dalam teori psikologi diungkapkan bahwa 80 persen kehidupan manusia
dipenuhi oleh kehidupan bawah sadar. Refleksi kata dan ekspresi
seseorang, karena itu, cermin dunia bawah sadar dan ambang sadar
seseorang. Di sinilah, akan dengan mudah dipetakan kemungkinan
psikologis dan sosiologis siswa untuk mendapatkan pengasuhan yang
proporsional sesuai dengan kebutuhannya.
Di jelang anak mengantuk (tertidur) di kelas, misalnya, dalam
paradigma hipnosis justru salah satu fakta yang dapat diolah untuk
mengkreasikan pembelajaran. Anak dalam kondisi demikian, akan berada
dalam gelombang alfa. Gelombang alfa ini, akan mengakuisi informasi yang
masuk dalam ambang sadar. Karena itulah, maka jika seorang guru
menemukan anak tertidur di kelas tentunya dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pembelajaran (hal ini tentu bukan dimaksudkan agar anak
tertidur di kelas). Bukan untuk dimarahi, apalagi dicaci dengan makian.
Misalnya, (a) anak diminta menceritakan pengalamannya di jelang
tertidur di kelas (ini berada di gelombang alfa), (b) menceritakan
pengalaman tidur barangkali dia bermimpi (ini berada di gelomba teta),
dan (c) mungkin tidak merasakan apa-apa karena terlelap (ini berada
dalam gelomba delta). Secara tidak langsung, sesungguhnya jika guru jeli
anak yang demikian, dapat dieksplorasi kembali pembelajaran yang
disajikan di jelang dia tertidur.
Lebih dari itu, kita dapat memanfaatkan hipnosis pendidikan ini
dengan mengiringkan kegiatan pengantar tidur untuk para siswa di rumah.
Karena di jelang tidur dalam temuan mutakhir, dinilai oleh ahli
neorologis justru kondisi potensial yang dapat dikembangkan untuk
membudayakan nilai-nilai kehidupan. Di sinilah, maka guru dapat
mengiringkan dengan penugasan pengantar tidur seperti berikut.
Pertama, untuk membaca sesuatu yang dia suka dalam masa
belajarnya sebagai pengantar tidur. Hal ini, dinyakini karena 5 menit
sebelum tertidur informasi itu akan menjadi informasi terpenting yang
meresap ke dalam bawah sadar siswa. Jika terkondisikan dengan baik, maka
ujungnya, anak akan sulit tidur jika tidak membaca buku. Ketika hal
ini, sudah tercipta, maka guru tinggal mengikuti dengan perlakuan dan
pengasuhan lain sebagai pengiring kegiatan lanjutannya. Kondisi
demikian, ternyata sudah dialami oleh para ulama besar terdahulu.
Al-Jahizh dalam kitab Al-Hayawan, misalnya, mengatakan bahwa
Al-Hasan Al-Lu’lu’i Al-Kufi (sahabat imam Abu Hanifah) begini: ”Selama
40 tahun saya tak pernah istirahat siang, tidur malam, ataupun berbaring
melainkan di atas dada saya ada buku.” (Spiritiual Reading, 2007:185). Kebiasaan pada posisi alfa inilah, tampaknya, yang menguatkan keilmua para ulama dulu.
Kedua, mengiringkan penugasan kepada siswa untuk menuliskan
sesuatu setelah bangun tidur dalam rentang waktu 5-10 menit. Waktu ini
pun di temuan mutakhir dinyakini sebagai berandil besar atas perubahan
jiwa manusia. Tak mengherankan jika dalam pandangan Islam, sholat
tahajut dilakukan setelah tertidur, karena memang kondisi ini secara
ilmiah memiliki gelombang efektif untuk membangun ambang dan bawah sadar
sesorang. Penulisan apapun, terkait dengan pelajaran apapun, dapat
diiringkan untuk membangun kesadaran hipnosis diri. Jika dilakukan satu
hari dalam seminggu, misalnya, maka dalam satu bulan anak sudah terpola
oleh kondisi hipnosis yang positif. Jika dilakukan selama satu tahun,
maka anak telah melukiskan pola hipnosis pada diri sendiri selama 48
kali, dan jika selama studi di SMA misalnya, maka dia telah melakukan
144 kali. Sebuah perubah karakter diri yang maha dahsyat akan terjadi,
jika diikuti dengan pengasuhan guru yang benar pula dalam mem-follow up-i di dalam pembelajaran di kelas.
Dan inilah, sebuah metoda baru dalam pendidikan supercam yang ditarik dan dipilih oleh SMA Immersion Ponorogo untuk
memberikan nilai lebih pada para siswanya. Hal ini, dilandasi filosofi
untuk mengenalkan ”dunia sukses” sedini mungkin kepada para siswa.
Karena, bagaimana dunia ”bawah sadar” para siswa akan berpengaruh
terhadap sikap, perilaku, cara berpikir, dan berkomunikasi. Di sinilah
maka seperangkat kultur ditawarkan untuk mencelupkan (filosofi immers) para siswa pada ”kondisi tidak sadar” yang menyadarkan.
Karena itulah, maka yang sudah disiapkan untuk mengantarkan mereka
sukses paling tidak beberapa hal berikut: (a) kultur kondusif sebagai
fondasi sekolah yang mencakup iklim tumbuhnya motivasi diri untuk
menjadi pembelajar; (b) kultur yang menghipnosis kesadaran subjek
belajar akan potensi diri; (c) adanya kultur yang memfasilitasi potensi
unggulan untuk pengembangan kecakapan yang meliputi potensi kecakapan
berbahasa Inggris, kecakapan menulis, kecakapan berteknologi informasi,
dan kecakapan berkomunikasi; (d) kultur pengembangan kejurnalistikan dan
kesastraan; dan (e) kultur intelektual, spiritual, dan life skill.
Di sinilah, sebuah impian baru ditanam di tengah kegersangan
idealisme pendidikan yang tidak bisa tumbuh karena terenggut oleh
kapitalisasi dan instanisasi pendidikan. Atas kerling Roh Kudus, Illahi
Rabbi, barangkali kita mulai bisa bermimpi tentang perubahan di masa
depan. Perubahan yang diawali dari perubahan-perubahan kecil. Bukankah
orang berjalan seribu kilo misalnya selalu diawali dengan langkah
pertama?
***
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/03/hipsosis-pendidikan/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Afifah W. Zhafira
Afifah Wahda Tyas Pramudita
Andry Deblenk
Anugerah Ronggowarsito
Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi)
Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati)
Berita
Budaya
Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar)
Catatan
Cerpen
Cover Buku
Djoko Saryono
Esai
Filsafat Ilmu
Gatra
Gerakan Literasi Nasional
Gufron Ali Ibrahim
Happy Susanto
Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis)
Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya)
Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria)
Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa)
Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya)
Karya Darma
Kasnadi
Kliping
Kompas
Literasi
Literasi Budaya
Majalah Dinamika PGRI
Makam Sunan Drajat
Masuki M. Astro
Memasak
Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa
Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen)
Merdeka
Mesin Ketik
Metafora Kemahiran Menulis
Nur Wachid
Nurel Javissyarqi
Obrolan
Orasi Ilmiah
Ponorogo Pos
Prof Dr Soediro Satoto
Puisi
Radar Madiun
Resensi
S. Tedjo Kusumo
SMA 1 Badegan Ponorogo
STKIP PGRI Ponorogo
Sajak
Sapta Arif Nurwahyudin
Sekolah Literasi Gratis
Senarai Motivasi
Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna)
Seputar Ponorogo
Sidik Sunaryo
Soediro Satoto
Solopos
Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra)
Spectrum Center
Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya)
Suara Karya
Sugiyanto
Sujarwoko
Sumarlam
SuperCamp HMP 2017
Surabaya Post
Surya
Sutejo
Suwardi Endraswara
Swadesi
Teknik Kreativitas Pembelajaran
Tengsoe Tjahjono
Tri Andhi S
Wisata
Workshop Entrepreneurship
Workshop Essay Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar