Rabu, 03 Oktober 2018

Goda Janda di Kota Suci

Cerpen: S. Tedjo Kusumo

Tawaf adalah putaran suci yang mestinya tak terkotori oleh goda, canda, bahkan dosa rasa sesama manusia. Ia adalah perjalanan jiwa, pendakian yang menggetarkan, memesona. Rumah impian setiap manusia untuk menemukan hakikat diri, magnet suci, dalam kumparan magis gerak lari kecil mengitari Ka'bah.

Tidak saja Ka'bah fisik, tetapi Ka'bah jiwa. Putaran energi yang jumlahnya tak terhitung kali, tak pernah terputus. Tersebab, memang tak pernah tempat suci itu sepi dari gerak suci. Lari-lari kecil umat manusia sambil melantunkan puji doa. Merindu dalam doa-doa, berlari dalam mainan rasa, bercinta dengan Kekasih tak termatra rasa. Peristiwa yang selalu dirindu oleh manusia. Mencumbu tak terhitung waktu: pagi, siang, sore, malam, dan bahkan dini waktu. Semua berlari kecil mencari dirinya, menemukan dirinya.
Tetapi, itu tidak bagi Lamidi. Kali itu, tawaf sucinya bersama seorang janda cantik, yang entah dia dihadirkan untuk apa oleh Allah, dia tak memahaminya. Lelaki itu, hanya punya niat baik. Tetapi, tidak pada janda itu. perempuan berusia 34 tahun itu berbaju putih, asyik memegang tali ihram Lamidi. Lelaki yang jelas bukan suaminya.
"Mumpung ibu prei, aku ikut tawaf bersama Pak Lam ya?" Pintanya, sebelum berangkat ihram, di sebuah pemondokan di sebelah barat Masjid Haram. Sekitar 2,5 km jauhnya. Janda itu, mengagumi Lamidi. Ya, seorang suami matang berusia 42 tahun. Ia merindu jadi isteri kedua Lamidi. Lelaki itu tidak tahu jika Yundari telah jatuh cinta sejak manasik haji, di kota tercinta: Ponorogo.
Karena keriangan Lamidi, logika pikirannya, dan ketulusan rasanya dalam mendampingi jamaah wanita. Di situlah, Yundari merindu cinta di balik ibadah sucinya. Dia tak sangka, jika dapat kesempatan tawaf bersama Lamidi. Apalagi memegang tali ihramnya. Mengelilingi Ka'bah ketika isteri Lamidi berhalangan. Yundari merindu bulan yang menerbitkan cahaya bagi gelap hidupnya. Janda itu jatuh hati di tanah suci, tidak saja pada Ilahi tetapi juga pada lelaki beristeri, bernama Lamidi.
***
Mekah, 2009
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo