Rabu, 03 Oktober 2018

Menggunting Langit

Cerpen: S. Tedjo Kusumo

Sunarti adalah gadis desa yang malang. Ia korban pemerkosaan teman-teman kekasihnya. Dia tidak mengerti, mengapa kekasihnya tega melihat kawan-kawannya menikmati tubuhnya. Dia membenci. Kala itu, senja menyaputi tepian punggung hutan. Dan, di salah satu sisi hutan itulah peristiwa itu terjadi. Lima orang pemuda desa atas nama ketertiban memerkosa Sunarti di depan kekasihnya. Itulah drama pertama duka kegadisannya. Padahal, lima pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah teman tetangga desa kekasihnya.
***

Sebelum menjatuhkan hati pada Rakino, dia sebenarnya lebih memilih Samadi. Tetapi, karena Samadi muda tidak memiliki tradisi cinta, dia beralih kepada Rakino, yang dua bulan sebelumnya telah menyatakan cinta kepadanya. Sunarti memeluk harap. Di usianya yang muda, 17 tahun, Sunarti telah kehilangan kehormatannya atas nama cinta. Itu terjadi ketika hasrat cinta yang dilakukannya di sebuah hutan digrebeg massa. Tragisnya, dia harus melayani lima pemuda yang menginginkan tubuhnya. Sementara kekasihnya, Rakino, diminta untuk menyaksikan dengan ancaman sebilah pisau tajam. Sunarti pasrah.
Kala itu, hari Sabtu ketika ia pulang sekolah dari kota bersama Rakino yang sudah dewasa. Mereka berselang lima tahun. Rakino karena itu, tentu lebih dewasa daripada Sunarti. Dia tak pernah berpikir jika akan tertimpa pengalaman tragik seperti itu. Sejak saat itu, dia sering mengurung diri di dalam kamar. Sama sekali orang tuanya tidak mengetahui apa yang terjadi pada anak gadisnya. Sementara, dia diburu-buru bayangan paling mengerikan dalam sejarah hidupnya.
Apa yang ditakutkan kemudian terjadi. Kehamilannya di usia 17 akhir, mengenalkannya kepada seorang dukun bayi yang membantu menutupi aibnya. Mbah Sinar. Saat itu, Sunarti memandang Rakino sebagai penyelamat dalam tragedi hidupnya yang pahit. Sama sekali dia tidak punya pikiran, bahwa kekasihnya tidak jauh berbeda dengan kelima laki-laki yang memerkosanya. Dia hanya ingin menjadi pahlawan di mata kekasihnya, untuk memudahkan tipu muslihat selanjutnya. Padahal, dia sudah bersekongkol dengan pemuda kampung di dekat hutan itu, untuk menutupi kebiadabannya.
Sejak itu, Sunarti begitu kagum kepada Rakino yang bisa menerima apa adanya. Rakino mencintai hutan sejak usia 15 tahun, kalau sekarang berusia 22 tahun berarti dia sudah bersahabat dengannya selama tujuh tahun. Modus operandi Rakino sama: selalu menjebak kekasihnya dalam ketakutan hutan. Setelah itu, dia mengatur skenario wait and see, hit and run. Sebuah kebusukan lelaki desa dengan dalih cinta untuk melukis hutan dengan seribu cerita erotis. Dia lupa pada saatnya hutan bisa menjadi kuburan bagi dirinya.
Lelaki itu sebenarnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Keluarganya kacau. Ibunya menjadi TKW di Taiwan dan sudah 10 tahun tidak pulang. Sementara, Rakino adalah remaja belia yang diasuh dengan kemanjaan harta atas nama cinta seorang ibu kepada anak satu-satunya. Semata wayang yang kemudian menjadi bayang-bayang kehidupan menakutkan.
Sementara, ayahnya pengangguran, yang tidak jauh berbeda dengan dirinya. Penebar maksiat diantara perempuan desa, baik bersuami atau tidak. Dua lelaki itu telah menjadi musuh masyarakat desa, tetapi kemudian mereka berkelana dari desa ke desa. Dalih yang sering dilakukan, dia meminta kekasih yang telah menjadi korban untuk mencarikan pacar dengan kompensasi sejuamlah uang. Biadab!
***
Sunarti mengingat mula pertemuannya dengan Rakino. Dia dikenalkan oleh teman gadis di desanya.Sumiyem yang baru saja menikah. Ternyata Sumiyem adalah korban kesekian dari Rakino, yang diserahkan kepada temannya, yang juga pengangguran. Sunarti percaya jika suaminya tidak mengerti, padahal, suaminya setali tiga uang dengan Rakino. Di luar, dia bersongkol untuk melakukan hal serupa sebagaimana tradisi pesta di hutan itu.
Sunarti sangat terkejut, ketika suatu waktu bertemu Sumiyem setelah melahirkan anak pertamanya. Dia bercerita jika dia mengalami peristiwa menakutkan di hutan putri. Sumiyem lebih memilih hutan putri daripada nama sesungguhnya yang dikenal dengan alas angker. Di mata Sumiyem, Rakino juga pahlawan. Yang mempertemukannya dengan Sumiyo, lelaki desa kawan Rakino. Dia sangat bersyukur ketika malam pertama, Sumiyo tidak mempersoalkannya.
Hal itu, sangat berbeda dengan kegelisahan Sunarti. Di mana, lelaki yang dipanggilnya kekasih itu ternyata seorang pengkhianat. Dia dihantui oleh ketakutannya akan masa depannya. Atau mungkin, kisah hidupnya masih berjalan. Sunarti memaki langit. Membenci Rakino.
***
Sunarti merindu ibu. ibunya bercerai karena dianggap oleh ayahnya berselingkuh. Padahal, Sunarti tahu, ayahnya yang sering berselingkuh hingga hal itu yang menyebabkannya berani memilih Rakino di sela usia yang berbeda dengan dirinya. Kehidupan Sunarti gelap. Setelah setahun berjalan Rakino memutuskan cinta.
Dia mati-matian untuk menyambung kembali. Rakino meninggalkan dengan berbagai alasan. Karena pekerjaan yang belum tetap, harus bekerja ke luar kota, sampai alasan lain yang tidak masuk akal. Terlebih, ketika di jelang lulus SMA, kemudian cinta Sunarti bersahut kembali, Rakino yang telah memerdayainya diminta untuk melamarnya selalu menghindar. “Kita masih muda.” Belum cukup umur untuk mengarungi gelombang pernikahan.
Sunarti selalu tidak mengerti dengan jawaban itu. Tetapi apa daya, dia tak punya kekuatan untuk meminta lebih dari kekasihnya. Tanggung jawab selalu dihindari, bahkan ada kesan kuat dia selalu mencari-cari alasan untuk meninggalkannya.
Sunarti membenci hutan, memdendam pertemuan. Mengunting langit di atas hutan. Dia bersumpah atas kematian kekasihnya kepada langit sambil menangis dan menyumpahinya akan berdoa dengan darah keperawanannya yang telah dipersembahkan kepada hutan. Setelah itu, dia sambil menangis menggedruk-ngedrukkan kaki kanannya tiga kali.
***
(bersambung)
08.17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo