Rabu, 03 Oktober 2018

Jalan Sunyi Seorang Suami

Cerpen: S. Tedjo Kusumo

Menjadi suami, ternyata tidak gampang. Paling tidak, itulah yang disadari Martadi selama 50 tahun menikah. Usia pernikahan emas. Martadi hanyalah lelaki sederhana, pegawai menengah, dan tak memiliki keberanian ekstra untuk bermain-main. Ia boleh dibilang pendiam. Yang ditahu kawan-kawannya, dia suka ke makam-makam, masjid tua yang bersejarah, dan silaturahmi hati dengan tawasul.

Martadi tahu, hidup sekarang tak gampang. Teknologi telah menjadi sahabat dan musuh sekaligus bagi kehidupan. Sebagai lelaki yang sudah berusia 70 tahun, dia begitu banyak makan asam garam. Tapi tidak untuk kali ini. Dia sulit menemukan pengalaman apa tang bisa dimaknai. Dia bisu. Ia hanya mengadukan ke langit, pohon-pohon, batu, laut, dan entah apalagi. Sekali waktu, ia suka menepi ke puncak gunung melepas mata untuk mencatat gerak rasa.
Menjadi lelaki yang hidup du zaman mutakhir, seperti mendaki di jalan sunyi. Jalan kebenaran yang sepi. Jalan spiritual yang lengang. Ia tahu. Anak-anak terperangkap dunia maya, remaja terpapar media sosial, dan pornografi telah menjadi hati. "Ke mana bersembunyi dari kepungan musuh teknologi dengan selusin belati yang siap mematikan?" Kalimat-kalimat itu diulang, ditanya, dan diusapi dengan air mata.
Sebagai seorang suami, dia tidak saja suami tetapi juga menjadi ibu. Sebagai suami dia tahu hati para isteri di muka bumi. Bagaimana ingin hatinya, kamuflase seorang isteri, kesukaan para isteri, dan mimpi-mimpi ilusi isteri era mutakhir. Di situlah ia, sering menangis. Memungut air mata di sepanjang jalan hidup dan kehidupan. Ibu sudah bukan menjadi ibu lagi. Ayah bukan menjadi ayah lagi. Suami sudah bukan suami lagi. Isteri sudah bukan seorang isteri lagi. Hidup mutakhir peran kebolak-balik, dunia terbalik, hati terbalik. Cinta pun terbolak-balik.
Bagaimana mungkin seorang suami bisa tersenyum melihat anak-anak mutakhir diasuh malam, dipeluk hedonisme, dipagut erotisme seksualitas, dan dinikahi oleh kemunafikan hidup. Suami adalah penanggung jawab abadi. Jalan hidup suami mestinya jalan sunyi, sepi, dan hati untuk mengembala generasi. Tapi di manakah itu? Malam mengirimkan airmata. Rembulan menyiksa dengan goda cahayanya. Gelap bertingkap di balik alpa dan lupa hidup yang semakin menganga.
***
(bersambung)
00.01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo