Rabu, 03 Oktober 2018

Lelaki Penunggu Telaga

Cerpen: S. Tedjo Kusumo

Dari manakah munculnya kesadaran bagi seseorang ketika telah kehilangan akal sehat dalam hidupnya? Itulah kalimat yang menakutkan bagi Sadar, lelaki yang merindu telaga. Karena itu, ia sudah sepuluh tahun berkhusuk untuk menjaga telaga dari segala goda manusia. Telaga baginya, sumber mata air dan mata air hidup yang wajib diperjuangkan dengan segala kekuatan. Telaga kehidupan bagi keluarga, tentu berbeda lagi.

Dan itulah, ia memandang telaga sebagai metafora kehidupan yang mesti untuk dinikmati, dipelihara, dan dijaga kesuciannya.
Sadar adalah lelaki desa yang berbeda dari umumnya laki-laki. Jika kecenderungan lelaki desa berpenampilan nyentrik, sok melebih-lebihkan diri, maka tidaklah dengannya. Dia suka bermain di sendang desa, kemudian dia menyebutnya pula dengan telaga. Sesekali pula ia pergi ke belik tetangga desa, kemudian dia menyebutnya dengan telaga pula. Semua sumber air, kemudian Sadar membayangkannya sebagai telaga.
Tetapi, tidak untuk kali ini. Sepulang dari ziarah makam, dia bermimpi banyak telaga kehidupan telah rusak. Uniknya, telaga itu ada di dalam keluarga. Dia kesulitan untuk mengabstraksikan. Metafora telaga dalam imajinasi Sadar adalah jalan hidup, sumber hidup, dan tempat kepuasan hidup. Sadar tahu tapi tidak tahu, Sadar mengerti tetapi tidak mengerti. Semua mengalir seperti derit air sungai yang menimpali batu-batu menjadi nada dan lagu. Tetapi, sungai dalam mimpinya telah kering. Batu-batu menguning kalau tidak memutih. Itu sekali lagi, mengusik imajinasi sehingga sering ia berhalusinasi untuk pergi begitu jauh.
Entah, kemana. Ia membayangkan terbang bersama burung putih, berputar-putar di langit, kemudian mengadukan semua yang ia impikan kepada langit. Tapi dia sadar tak punya sayap, tak mungkin menyentuh langit. Ia hanya memiliki airmata langit yang ingin ia jatuhkan ke bumi sehingga ketulusan langit bisa merasakannya. (*)
***
(bersambung)
00.01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo