Cerpen: S. Tedjo Kusumo
Rindu, katamu, adalah ketakutan dalam kelumpuhan. Begitu kauucapkan itu, pada suatu malam purnama, aku ingat puisi WS Rendra. Kangen. ... /Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan./.../Jika aku dalam kangen dan sepi/ itulah berarti/ aku tungku/ tanpa api//. Aku berkata lirih sambil merebahkan bahu kananmu di pundakku. "Salahkah aku mencintaimu, Matahari?"
Malam tersaput kuning rembulan. Saat seperti, kau selalu menyebut rembulan dengan matahari. Kau selalu menggeleng ketika kuingatkan bahwa itu rembulan. Setelah itu, selalu kau menangis. Seperti kran air saja, dan rembulan bagimu telah menjadi lubang air mata. Kau merindu matahari.
***
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar