Terhadap orang terjahat sekalipun, kepadamu, biarkanlah. Itulah pesan seorang kakek, yang banyak menyebutnya paranormal. Hakikatnya, ia melakukannya untuk dirinya sendiri. Itulah pesan seorang Sais, guru kehidupan beberapa tahun lalu.
***
***
Tapi, aku sering kesulitan melakukannya, pikirku. Si Kakek dengan tenang menusuk mataku dengan lebih tajam, "Aku lihat bapak tak ada masalah. Hanya ada bolah ruwet sing kudu diudhari." Hem. Aku tersenyum. Ini dikatakan si Kakek di sebuah warung di terminal Tegal Ombo, hari Minggu lalu. Pertemuan itu sungguh tak terduga di tengah rehat ngopi Tgp Tinggal Bersama Vvp, Agus SetiaOne, dan Ndikc.
Pertemuan adalah ketakdiran. Mencari atau dicari kadang tak ada bedanya. Duminta atau tidak juga sering tak ada bedanya. Terjadi atau kejadian adalah kodrat. Alam memiliki rumus waktu tentang filosofi Gusti Ora Sare.
***
***
Maka, siapakah yang bersiap melawan takdir? Tugas kita hanyalah belajar kepada Laut untuk menerima segala: luka, duka, kotoran, ikan, perahu atau apa pun. Takdir laut hanyalah merebahkan tubuhnya dalam goncangan angin. Meninggi atau melandai hanyalah soal kencang atau lembut Angin.
***
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar