Cerpen: S. Tedjo Kusumo
Aku tak menyangka jika lelaki yang kukenal (juga dikenal) humoris, rileks, dan disegani itu menyimpan segudang masa lalu yang tak menyenangkan. Sampai kini, dia sering memintal kesepian untuk melepas lelah, pagut luka-duka hidup --yang bersumber dari apa.
Lelaki itu seperti rumah mewah, besar dan estetis ketika dipandang dari luar. Begitu memasukinya, sejumlah pintu dari ruang-ruang kosong bercerita tentang elegi hidup. Ia sembunyikan rapat. Sejak muda, pedang hidup telah mengancamnya. Dia menyukai sepi karena itulah satu-satunya cara untuk melepaskan (tepatnya menyembunyikan) segala soal yang melingkarinya.
Senyum riangnya tak lepas ketika berpapasan dengan siapapun. Cara berjalannya cepat, tegak, dan hentakan kaki mantap. Menjadi penyimpan misteri adalah kesukaannya (kebiasaannya). Mungkin, dia adalah pengukir batu --yang dengan telatennya diatatah pelan batu hidupnya yang telah lama mengeras. Lelaki itu membenci cinta.
***
(bersambung)
***
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar