Kamis, 30 Agustus 2018

Gila

Sutejo

Ya, gila. Aku beberapa kali bertemu orang gila, begitulah orang menyebutnya. Beberapa kali, aku didatangi. Bahkan, pojok garasiku pernah semalaman ditunggui. Namanya, Hafidah. Paginya, diusir oleh tetangga sepulang dari masjid. Aku mencarinya, menyisiri jejaknya.

Aku belajar memahami kegilaannya. Juga isteriku, ketiga anakku, dan dua orang anak kulturalku. Itu pada suatu waktu, saat aku suntuk menulis disertasi bertema spiritualitas dengan objek tujuh novel Syaikh Siti Jenar karya Guru Agus Sunyoto. Enam tahun lalu. Saat dramatik yang indah. Dikejar deadline waktu, dikerubuti oleh goda yang tak terduga.
Gila hanyalah pelarian atau pembebasan. Sesungguhnya, ia adalah wasilah ajaran langit untuk dihayati dengan lembut hati. Kegilaanku pada buku misalnya, adalah keberkahan dalam laku uji yang mendebarkan. Cintaku kepadanya, kemakjenunan tersendiri. Berkali, dan berkali-kali, aku tersentak saat bersetubuh dengannya. Tak berapa lama, lahirlah orok kegilaan baru, menggoda dan menari-nari minta untuk dipersalinkan. Aroma syukur dalam kesakitan saat menuliskannya adalah pergolakan tersendiri: antara pikiran, rasa, jiwa --bahkan bersitan silang niat-- untuk ditali dengan seperangkat pengucapan yang tepat. Sering "salah paham" dalam dialog diri, terlebih pada guru-guru pembaca. Tugas perangkai kata, hanyalah bergerak atas mood dan intuisinya untuk meminang kata hingga bisa berasa. Aroma dan warna di dalamnya, sepenuhnya milik pembaca.
Gila hanyalah metode. Cara belajar tentang kerendahan. Seorang penggila buku pernah berkata, "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku." Itulah kegilaan besar seorang Hatta, yang sepulang dari studi di Eropa membawa tiga kontainer buku. Dimanakah kita mewarisi kegilaannta? Kapan kah?
Gila hanyalah metode. Cara orang-orang langit belajar menjadi "tanah" dan "sampah" untuk diinjak dan dibuang. Orang yang lari dari keriuhan mata, kelaliman dan kecongkaan benda, untuk berperahu sampan kegilaan. Berguru pada mereka seperti menggigit gambir sirih dan mengulum sirih. Memoles warna. Memburuki bibir dengan rona pandang mata, menelisik makna di bingkai pahitnya rasa.
Nenekku, yang kini berusia 109 tahun, pernah bercerita tentang sirih dan gambir, mengapa harus bertemu di bibir.
Terima kasih, Nek.
23.48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Afifah W. Zhafira Afifah Wahda Tyas Pramudita Andry Deblenk Anugerah Ronggowarsito Apresiasi Prosa (Mencari Nilai. Memahami Fiksi) Apresiasi Puisi (Memahami Isi Mengolah Hati) Berita Budaya Cara Mudah PTK (Mencari Akar Sukses Belajar) Catatan Cerpen Cover Buku Djoko Saryono Esai Filsafat Ilmu Gatra Gerakan Literasi Nasional Gufron Ali Ibrahim Happy Susanto Inspiring Writer (Rahasia Sukses Para Penulis Inspirasi untuk Calon Penulis) Jurnalistik 2 (Kiat Menulis Resensi. Feature dan Komoditas Lainnya) Jurnalistik Plus 1 (Kiat Merentas Media dengan Ceria) Kajian Prosa (Kiat Menyisir Dunia Prosa) Kajian Puisi (Teori dan Aplikasinya) Karya Darma Kasnadi Kliping Kompas Literasi Literasi Budaya Majalah Dinamika PGRI Makam Sunan Drajat Masuki M. Astro Memasak Menemukan Profesi dengan Mahir Berbahasa Menulis Kreatif (Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen) Merdeka Mesin Ketik Metafora Kemahiran Menulis Nur Wachid Nurel Javissyarqi Obrolan Orasi Ilmiah Ponorogo Pos Prof Dr Soediro Satoto Puisi Radar Madiun Resensi S. Tedjo Kusumo SMA 1 Badegan Ponorogo STKIP PGRI Ponorogo Sajak Sapta Arif Nurwahyudin Sekolah Literasi Gratis Senarai Motivasi Senarai Pemikiran Sutejo (Menyisir Untaian Kata. Menemukan Dawai Makna) Seputar Ponorogo Sidik Sunaryo Soediro Satoto Solopos Sosiologi Sastra (Menguak Dimensionalitas Sosial dalam Sastra) Spectrum Center Stilistika (Teori. Aplikasi dan Alternatif Pembelajarannya) Suara Karya Sugiyanto Sujarwoko Sumarlam SuperCamp HMP 2017 Surabaya Post Surya Sutejo Suwardi Endraswara Swadesi Teknik Kreativitas Pembelajaran Tengsoe Tjahjono Tri Andhi S Wisata Workshop Entrepreneurship Workshop Essay Budaya

Sutejo, Sang Motivator

Maman S Mahayana, Sutejo, Kasnadi di Jakarta

Sutejo & Hamsad Rangkuti di Jakarta

Sutejo dan Danarto di Jakarta

Maman S Mahayana di STKIP PGRI Ponorogo